Bandung siap jadi Smart City. (foto: ig RK)
Daerah perkotaan di Indonesia senantiasa menghadapi masalah yang sama, yakni urbanisasi. Begitu pula halnya dengan kota Bandung, tempat tinggal saya. Tak perlu repot-repot untuk mengetahuinya. Saya cukup melihat data asal-usul teman-teman di kantor. Lebih dari 50% adalah warga pendatang alias bukan asli warga kota Bandung. Termasuk saya yang memutuskan menjadi warga Bandung 10 tahun silam.
Bank Dunia malah menyebutkan pada tahun 2025 akan terjadi ledakan populasi  di kota-kota Indonesia. JIka sekarang saja sudah 52% penduduk Indonesia yang memilih tinggal di kota, maka sepuluh tahun lagi menjadi 57%.
Terus terang, saya ngeri membayangkan kota Bandung dengan populasi yang terus bertambah, seiring meningkatnya jumlah urbanisasi. Sekarang saja, kemacetan di jalan raya kota Bandung sudah membuat saya  suntuk, belum lagi masalah sampah terutama ketika masuk bulan Syawal, banjir di jalan-jalan tertentu yang sebelumnya tidak pernah banjir, hingga masalah sosial seperti pengangguran dan kriminalitas.
Salah satu cara untuk menghadang masalah perkotaan adalah menerapkan konsep smart city yang di beberapa negara maju sudah diterapkan lama.
ITB, Harian Kompas dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) tahun ini meluncurkan Indeks Kota Cerdas Indonesia yaitu pemeringkatan kota-kota di Indonesia dengan mengundang 98 walikota anggota APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) yang diharapkan dapat menginspirasi seluruh pemimpin, masyarakat, maupun pemerintahan kota lainnya, agar dapat mengembangkan kota secara cerdas.
Kriteria utama yang digunakan untuk Indeks Kota Cerdas adalah kondisi ekonomi (ekonomi pintar), interaksi sosial antara masyarakat dan pemerintah yang didukung oleh TI (masyarakat cerdas) dan lingkungan (lingkungan pintar).
Kepala Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB (LPIK-ITB) Suhono Harso Supangkat mengatakan bahwa melalui indeks tersebut, walikota akan dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kota mereka. Â Dia menambahkan, seperti dilansir Jakarta Post, bahwa kota bisa dikategorikan sebagai kota cerdas ketika TI telah dikembangkan ke titik bahwa pemerintah bisa merasakan, memahami dan mengontrol setiap sumber daya untuk melayani rakyatnya dan mempertahankan pembangunan di kota.
Selain pintar, sebuah kota juga harus mampu merespon dengan cepat untuk semua masalah yang muncul di wilayah hukumnya.
Makassar adalah kota pertama di Indonesia yang meluncurkan program smart city. Walikota Ramdhan Pomanto mengumumkan rencananya selama pelantikan walikota pada bulan Mei tahun lalu. Salah satu rakit program ini adalah untuk memperkenalkan sebuah sistem dimana warga yang dikeluarkan satu kartu yang berisi data catatan sipil mereka, nomor pajak dan nomor jaminan sosial.
Jakarta  menyusul dengan proyek Kota Pintar Jakarta yang  pada bulan Desember tahun lalu meluncurkan aplikasi  QLUE. Di Tangerang , pemerintah kotanya telah menciptakan sebuah aplikasi yang memungkinkan warga untuk melaporkan keluhan.
Bagimana Bandung? Mau tidak mau, Bandung harus memiliki seorang walikota yang berwawasan luas, mau bekerja keras untuk menciptakan lingkungan yang baik, serta membangkitkan gairah terciptanya lapangan kerja yang luas.
Apakah Walikota Bandung Ridwan Kamil memenuhi tuntutan tersebut? Pastinya, Ridwan Kamil pernah menyatakan Bandung telah memulai transformasi menuju kota cerdas, saat jumpa pers Asia Afrika Smart City Summit, di Bandung, pada April 2015 lalu.
Bandung Command Center
Salah satu upaya yang telah dirintis Ridwan Kamil adalah didrikannya Bandung Command Center (BCC) sebagai pusat pengawasan realtime Kota Bandung. Kang Emil memahami Bandung smart city merupakan konsep kota berbasis teknologi yang diintegrasikan pada pelayanan publik untuk mencerdaskan warga dan kotanya.
Ingin tahu seperti apakah BCC? Silakan bayangkan sebuah film futuristik ala Hollywood, pengawasan kota cukup hanya dengan menatap layar komputer dan pengoperasiannya dilakukan sejumlah pakar teknologi komputer. Sebaliknya, masyarakat cukup menggunakan aplikasi gadget yang terintegrasi.
BCC  memiliki banyak aplikasi yang bisa memonitor keadaan Bandung. Di dalamnya ada data cuaca, peta, video analisis,  video feed, special vehicles location, dan fitur menarik lainnya. Contoh, penggunaan CCTV di  beberapa sudut kota Bandung, lewat pengawasan kamera tersebut bisa diketahui pelanggaran lalu lintas yang terekam oleh CCTV. Di era serbacanggih ini, penggunaan mesin komputer beserta alat-alat pendukungnya bisa diberdayakan untuk fungsi monitoring di Kota Bandung.
Fungsi utama BCC adalah menyempurnakan pelayanan publik keluar dan mempermudah pelayanan kedalam yakni manajemen pengambilan keputusan cepat.
Untuk pelayanan publik kota Bandung dapat diakses dengan mudah dengan teknologi yang canggih. Ditargetkan 150 pelayanan publik di Kota Bandung dilakukan secara online, mulai dari mengurus KTP, mengecek perizinan, hingga memonitor kemacetan atau banjir bisa dilakukan pengawasan dan penyebaran informasi secara realtime. Command Center ini, akan menjadi pusat data informasi dari seluruh instansi di lingkungan Pemkot Bandung.
Untuk penggunaan software command center ini akan ada beberapa tahapan. Versi pertama dinamakan Bandung Command Center 1.0 yang hadir pada awal 2015. Versi selanjutnya command center 2.0 akhir 2015, dan command center 3.0 pada 2016 mendatang. Adapun penyempurnaannya ditargetkan pada 2016.
Untuk  proyek  ini, Pemkot mencicil dulu sepertiga dari target software 100%. Jika dibandingkan, Singapura memiliki 1.600 online ser vice, sementara Kota Bandung target 2015 jumlahnya 150 dulu.
Sebagai warga bandung, tentu saja saya bangga pemkot punya barang canggih seperti ini. Mudah-mudahan dari CCTV itu juga bisa tampak oknum PNS Pemkot yang kelayapan di jam kerja.
Smart Grid
Isu Energi menjadi hal yang cukup penting dalam terwujudnya kota cerdas. Dalam diskusi pada Smart City Summit di Bandung beberapa waktu lalu, seperti dilansir di beberapa media online, delegasi Korea Selatan  Jaeho menjelaskan negara-negara di Asia dan Afrika banyak yang belum dapat memenuhi kebutuhan listriknya.
Indonesia, dan negara Asia Afrika lainnya yang memiliki masalah energi, seharusnya mampu menyontoh Korea Selatan yang sudah menjalankan Smart Energy hingga membawa mereka menjadi salah satu negara termaju di Asia.
Korea Selatan, bersama negara-negara maju dunia yang tergabung dalam International Smart Grid Action Network (ISGAN), telah menerapkan sistem Smart Grid demi mencapai target penyebaran AMI deployment sebesar 100 % di tahun 2020.
Smart Grid sendiri adalah jaringan listrik yang terintegrasi secara cerdas dengan seluruh pengguna yang terhubung dengan generator untuk menyediakan pasokan listrik yang aman, ekonomis, dan berkesinambungan.
Lewat Smart Grid ini, Korea Selatan telah menargetkan penurunan co2 sebesar 30% dan peningkatan supply energy terbarukan berdasarkan renewable energy standar.
Menurut saya, Bandung sebagai kota yang memiliki institusi yang kompeten, yakni ITB, pastinya bisa menggunakan smart Grid ini. Malah Dosen Jurusan Elektro ITB, Dr Deni Hamdani, seperti dikutip Antara, menyebutkan sudah melakukan percobaan Smart Grid di Sumbawa Barat, untuk kemudian diaplikasikan di Indonesia. Dan saya optimis, Bandung akan menjadi pilihan utama karena kesiapan pemerintahannya.
Memang perlu waktu yang tidak sebentar untuk menjadi Kota Cerdas sekelas Seoul, tapi saya yakin sepenuhnya dengan kepemimpinan walikota sekaliber Ridwan Kamil, Bandung akan jadi role model bagi kota-kota lain di Indonesia menuju Kota Cerdas.
Referensi:
1. Materi Nangkring Kota Cerdas Kompasiana
2. Diskominfo Bandung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H