[caption caption="Buku karya kompasianer yang mengikuti event Sustainable Mining Bootcamp di Kompasiana. (Grafis: Benny)"][/caption]
Napas lega berembus saat buku Buka-Bukaan Dunia Tambang berada di tangan. Karyawan percetakan di gedung sebelah baru saja mengantarnya. Alhamdulillah, buku ini terbit juga. Buku yang di dalamnya berisi catatan perjalanan selama mengikuti Sustainable Mining Bootcamp yang digelar Newmont. Karya para kompasianer mendominasi buku kumpulan 31 tulisan ini. Tentunya sudah pula diposting di Kompasiana.Â
Barangkali tak semua orang tahu bahwa Kompasiana pernah menggelar acara bersama Newmont bertajuk Sustainable Mining Bootcamp dua tahun lalu. Sejumlah orang terpilih, termasuk saya, dan berencana diberangkatkan tahun 2014. Bootcamp tersebut merupakan yang ke empat, tapi pertama kali kerja sama dengan Kompasiana. Melihat nama-nama yang terseleksi merupakan kompasianer yang tulisannya saya suka, seperti Dhave, Dzulfikar, termasuk Unggul Sagena, saya sudah mengincar akan membukukan karya peserta bootcamp ini kelak.
Ternyata keberangkat di tahun 2014 diundur sampai batas waktu tak tentu karena kondisi Newmont terkait peraturan pemerintah. Saya tak berani lagi bermimpi muluk menerbitkan buku teman-teman peserta bootcamp. Kendati pada saat kritis itu, saya justru diajak Newmont untuk mengunjunginya, tapi tidak bersama teman-teman satu group lainnya, apalagi Kompasianer.
Tahun 2015 akhirnya bootcamp jadi juga dilaksanakan. Betapa senangnya melihat laporan teman-teman. Saya sendiri tidak bisa ikut berangkat karena pekerjaan di kantor mengharuskan saya bersiap dinas ke India. Melalui tulisan teman-teman yang sebagian besar diposting di Kompasiana, saya bisa merasakan suasana Newmont Bootcamp. Kembalilah saya berhasrat untuk membukukannya.
Â
Melibatkan Mereka
Saat keinginan saya disampaikan kepada teman-teman untuk membukukan tulisan mereka, spontan mereka menjawab setuju. Hal itu diketahui pula oleh pihak Newmont. Berdasarkan antusias itulah, akhirnya keluar keputusan untuk membuat buku tulisan perjalanan mereka selama mengikuti bootcamp.
Saya menyadari, memiliki karya yang dibukukan masih punya prestise tersendiri untuk orang-orang yang menggeluti dunia tulis menulis. Walau pun itu buku keroyokan. Ibarat penyanyi cafe atau pernikahan yang beum punya single maupun album rekaman, penulis blog atau penulis apapun, jika belum menerbitkan buku seperti belum sah menamakan dirinya penulis.
Pada proses pemilihan naskah, saya sengaja melibatkan pula teman-teman. Saya mengurangi faktor conflict of interest karena kedekatan saya dengan beberapa penulis. Semua tetap harus obyektif dan terukur kualitasnya. Dan saya pun mendiskusikan beberapa hal terkait dengan buku tersebut dengan teman-teman. Saya ingin ketika buku itu terbit, mereka benar-benar memiliki rasa bangga.
Lantaran masalah teknis, buku tersebut tertunda penerbitannya sekian bulan. Baru pada 11 Februari 2016, buku dengan judul Buka-BUkaan Dunia Tambang diluncurkan di Gandaria City, Jakarta. Saya melihat sukacita di wajah Unggul sagena dan Harris Maulana saat melihat bentuk fisik buku tersebut. Harris, meskipun bukan buku pertamanya, terlihat begitu semangat untuk menulis buku berikutnya.
Itulah ajaibnya kekuatan buku saat terbit, bisa mendorong kita untuk menulis lagi buku, lagi, dan lagi.
Selamat untuk para kompasianer yang karyanya tercantum di dalam buku Buka-Bukaan Dunia Tambang. Semoga tidak hanya puas sampai di sini. Tugas penulis setelah terbit adalah membuat bukunya laris dan dibaca banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H