[caption caption="Anak-anak menyimak cerita dengan serius. (Foto:Benny)"][/caption]Hari kedua menjalani Datsun Risers Expedition (DRE) saya memulainya dengan penuh semangat. Hari ini rombongan DRE etape tiga akan menuju sebuah rumah panjang milik suku Dayak di Kalimantan Barat. Di rumah yang biasa disebut rumah betang itulah kami akan bertemu anak-anak usia sekolah dasar untuk berbagi.
Sebelum keberangkatan, saya sudah meminta beberapa teman untuk mendukung kegiatan saya di perjalanan ini dengan menyumbangkan buku. Ternyata, selain dari kantor tempat saya bekerja, dukungan juga datang dari teman-teman penerbit seperti Eva Nukman dari Litara dan Grace dari LAI Bali. Sejumlah buku cerita anak pun saya bawa di dalam dua dus.
Pukul delapan pagi lepas sarapan dan senam ala-ala, rombongan berangkat menuju destinasi berikutnya ke Desa Saham. Kali ini saya ingin merasakan Datsun Go dari sisi penumpang. Baik di sisi supir maupun belakang. Pengemudi diserahkan kepada Dudy Iskandar.
[caption caption="Menikmati perjalanan panjang di bawah langit biru. (Foto: Benny)"]
Rumah Betang
[caption caption="Rumah Betang yang layak dilestarikan. (Foto: Benny)"]
Acara corporate social responsibility (CSR) ini pun segera digelar dengan pembukaan dan sambutan. Barulah kemudian disuguhkan atraksi sulap dari panitia. Setelah itu 50-an murid SD kelas lima dan enam dibagi menjadi lima kelompok. Saya bersama tim akhirnya mendapat tujuh murid untuk kami ajak beraktivitas.
Tim kami mengisi pertama dengan mendongeng. Saya yang kebagian. Agar mudah ditangkap, saya mengajak anak-anak itu untuk ikut berperan. Ceritanya tentang anak bernama Rafael yang dititipi neneknya sekantung duku untuk diberikan kepada ibunya. Di tengah jalan dia dimintau duku oleh Superman, Ninja, seorang Ibu, dan teman sebayanya. Di sini saya juga memberikan kegunaan sarung kepada mereka.
[caption caption="Buku yang merekatkan ibu dan anak. (foto: Benny)"]
Setelah membagikan buku kami membuat acara read aloud alias membacakan buku sambil mendongeng. Anak-anak itu sangat antusias mendenga cerita seorang anak buta. Sungguh kebahagiaan anak-anak itu membahagiakan hati saya pula.
Apalagi ketika seorang anak bernama Paulus mengucapkan," Terima kasih, Kak, sudah memberi buku."