Mohon tunggu...
Benny Rhamdani
Benny Rhamdani Mohon Tunggu... Novelis - Kreator Konten

Menulislah hal yang bermanfaat sebanyak mungkin, sebelum seseorang menuliskan namamu di nisan kuburmu. | Subscribe YouTube @bennyinfo

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Air Mata dan Harapan Bersama Avanza

1 Januari 2014   09:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:17 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_312859" align="aligncenter" width="336" caption="Avanza, kendaraan kantor pendamping hari-hariku. (Foto: Benny Rhamdani)"][/caption]

Malam itu begitu mencekam. Akhtar, putera tunggalku yang masih bayi, tiba-tiba terserang panas tinggi. Aku dan isteriku terus berusaha meredam demamnya dengan berbagai cara. Tapi yang terjadi malah Akhtar mendadak kejang-kejang mencemaskanku.

Air mata isteriku sudah terbendung. Aku bergegas mengetuk rumah tetangga untuk meminjam mobil. Tidak aad acara lain kecuali bergegas ke rumah sakit. Mobil pun kudapat. Tapi siapa yang mengendarai. Di tetanggaku itu sedang tidak ada yang bisa menyupir. Aku? Jangan ditanya. Jangankan mengendarai mobil, menyalakan mesin mobil pun aku tak pernah.

Aku mengetuk pintu tetangga yang lain. Beruntung tetanggaku itu bersedia mengantar kami. Secepat kilat kami menuju rumah sakit. Isteriku mendekap terus Akhtar dengan air mata yang terus mengalir. Sementara aku terus berdoa tiada henti.

Tiba di rumah sakit, Akhtar langsung ditangani khusus oleh dokter jaga dan paramedis. Di antara kelegaan setelah demam Akhtar tertangani, aku menanam harapan agar Allah mengizinkan aku memiliki sebuah mobil keluarga. Mobil yang bisa menjadi kendaraan di saat-saat genting seperti ini.

***

Waktu terus berlalu. Akhtar memasuki sekolah di bangku taman kanak-kanak. Dan doaku memiliki mobil keluarga belum terkabul juga. Penghasilan yang tak seberapa besar, hanya membuatku mampu membeli kendaraan roda dua. Hal lain, aku lebih mengutamakan tabunganku untuk membayar DP rumah dulu.

Sampai suatu hari pada tahun 2010. Aku dipanggil atasanku. Ditanya kemampuanku mengendari mobil. Ketika aku bilang tidak bisa, aku malah diminta segera belajar. Aku pun memenuhi permintaan tersebut. Setelah belajar mengendarai mobil dan memiliki SIM, aku kemudian mendapat kabar yang mengejutkan. Kantor memberiku kendaraan dinas yang bisa kubawa pulang.

Kendaraan itu adalah AVANZA hitam. Bukan mobil baru, tapi masih tampak bagus. Aku benar-benar terharu. Menurut kantorku, prestasiku bekerja membuat manajemen perusahaan memilihku untuk memegang mobil tersebut. Duh, padahal hampir saja aku memutuskan untuk berhenti kerja karena pertimbangan finansial.

[caption id="attachment_312858" align="aligncenter" width="512" caption="Yang membahagianku, Avanza bisa membuat isteri dan anakku tersenyum bahagai. (Foto: Benny Rhamdani)"]

13885419731968816601
13885419731968816601
[/caption]

Kulihat isteri dan anakku tersenyum bahagia ketika kubawa Avanza itu ke rumah. Tidak ada yang lebih bahagia ketimbang melihat senyum anak dan isteri, bukan?

Sejak itulah setiap perjalanan ke luar rumah menjadi lebih menyenangkan. Saat belanja bulanan, kami tak perlu berjam-jam menunggu taksi di musim hujan. Kami juga tak perlu berdesakkan di kendaraan kerabat kami di saat mudik. Aku bahkan bisa mengantar anakku ke sekolah di bangku sekolah dasar yang lumayan jauh dari rumah.

[caption id="attachment_312854" align="aligncenter" width="384" caption="Bermanfaat untuk kendaraan saat belanja bulanan. Bagasinya luas. (foto: Benny Rhamdani)"]

1388540997690227193
1388540997690227193
[/caption]

Banyak juga momen duka yang kuhadapi saat bersama Avanza. Paling menyedihkan adalah saat harus bolak-balik ke rumah sakit mengantar isteriku yang terus menangis karena ayah mertuaku sakit keras. Hingga akhirnya ayah mertuaku wafat dan dikuburkan di Tasikmalaya, aku sepenuh terbantu oleh Avanza.

Ya, meskipun sudah dipinjamkan Avanza oleh kantor, aku tetap berharap memiliki kendaraan pribadi. Karena yang namanya milik kantor, suatu hari tentunya akan kembali ke kantor. Entah kapan. Tapi aku harus siap kapan pun itu.

Apalagi mendapat kendaraan kantor kadang membuatku bete. Pagi-pagi mobil sudah kucuci bersih sendiri, begitu tiba di kantor dipakai untuk kepentingan kantor oleh rekan lainnya. Lalu kembali dengan keadaan sangat kotor. Tak ada yang peduli mencucinya.  Sampai  aku harus mencucinya di rumah.

[caption id="attachment_312855" align="aligncenter" width="430" caption="Membersihkan Avanza dengan ikhlas. (foto: Benny Rhamdani)"]

13885413211996596825
13885413211996596825
[/caption]

Pernah pula aku berjanji pada isteriku untuk mengantarnya ke rumah sakit sepulang kerja, tapi mobil itu malah dipakai rekan lainnya dan tak kunjung kembali ke kantor hingga jam kerja berakhir. Dan hal yang tidak bisa kuingat lagi karena seringnya seperti hilangnya uang receh yang kusediakan di mobil untuk parkir, remah-remah makanan seusai dipakai lainnya, sampai lecet-lecet di badan Avanza karena gonta-ganti pengemudi.

Aku tak ingin dianggap comel. Dinilai tak tahu bersyukur. Jadi kuikhlaskan saja semua sambil menikmati fasilitas yang diberikan kantor.

Setiap pagi aku mengendarai Avanza hitam itu menuju kantor, aku selalu berdoa agar harapanku memiliki mobil pribadi segara dakabulkan oleh Sang Maha Pengasih dan Maha Pemurah. Avanza adalah pilihanku karena sudah terbiasa.

***

Menjelang akhir tahun 2013, aku sengaja mengambil cuti panjang bersamaan dengan liburan semester ganjil anakku. Aku berencana membuat sebuah perjalanan ke lokasi wisata alam di luar kota Bandung bersama Avanza. Dari perjalanan itu, aku nantinya akan membuat beberapa tulisan untuk beberapa media, termasuk sebuah lomba di Kompasiana bersama Avanza.

Waktu ternyata tak berpihak kepada rencanaku. Tanggal 24 Desember Akhtar bangun tidur dengan keluhan sakit di lehernya yang tiba-tiba bengkak. Aku sedang di Jogja karena harus menjadi dosen tamu menberi kuliah tentang literatur anak. Aku menyarankan isteriku membawa ke rumah sakit. Hasilnya, ternyata Akhtar bukan gondongan, melainkan ada benjolan kelenjar getah bening.

Hampir jatuh air mataku mendengarnya. Kukubur semua rencanaku. Aku langsung fokus kepada kesehatan anakku dan menjaga kesabaran isteriku.

[caption id="attachment_312856" align="aligncenter" width="430" caption="Ikhlas ketika rencana liburan keluarga bersama Avanza kandas karena ujian dari Sang Maha Kuasa. (Foto: Benny Rhamdani)"]

1388541545396639162
1388541545396639162
[/caption]

Pada 31 Desember 2013, aku menutup tahun dengan mengantar anak dan isteriku ke rumah sakit bersama Avanza. Ini kontrol kesehatan Akhtar ke tiga dalam seminggu. Alhamdulillah, dokter mengabarkan kemajuan kesehatan Akhtar. Bengkaknya mengempis, benjolan nyaris hilang.

Dalam perjalanan pulang menuju ke rumah, sambil menyetir Avanza, aku menghapus semua harapanku. Tentang memiliki kendaraan pribadi, liburan bersama keluarga, dan segudang impian lainnya. Aku hanya ingin melihat Akhtar tumbuh sehat dan kuat. Aamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun