[caption id="attachment_309826" align="aligncenter" width="512" caption="Seperti apa ya PT Newmont di mata Kompasianer sekaliber Harris Maulana? (Foto-foto: Harris Maulana)"][/caption]
Jika membaca info tentang dunia pertambangan dari website perusahaan tambang, rasanya memasuki dunia yang berbanding terbalik dengan pemberitaan tentang tambang di media massa. Mana yang obyektif atau tidak, begitu mengganggu pikiran saya dalam mendalami fakta tentang pertambangan. Apalagi, saya tidak punya pengalaman langsung berada di daerah pertambangan.
Salah satu cara agar informasi yang saya dapat benar-benar obyektif adalah dengan bertanya langsung kepada orang yang pernah ke area pertambangan, tapi bukan orang perusahaan tersebut. Akhirnya saya menyasar kepada teman blogger yang juga Kompasianer, yakni Harris Maulana, yang pernah mengikuti program Sustainable Mining Boot Camp pada Mei 2013. Dari pria yang sering memenangkan berbagai lomba ngeblog inilah saya mencoba mengenal pertambangan, khususnya Tambang Batu Hijau Newmont.
Harris menjelaskan tentang sejarah tambang Newmont berdasarkan info dari Dudi Setyandhaka, Geologi Super Intenden, yang bekerja sejak mulai ekplorasi pada 1998. Pada 1986 diawali penandatanganan kontrak karya antara Pemerintah RI dengan PT Newmont Nusa Tenggara. Lalu, pada 1987-1988 dimulai pengambilan sample. Pada tahun 1990 ditemukan anomali mineral di sekitar air terjun bernama Green Creek. Sejak itulah daerah tersebut diberi nama Batu Hijau. Hehehe, yang hijau-hijau memang selalu menggiurkan.
Antara tahun 1991 - 1996 dilakukan pengeboran di beberapa titik potensial dan tahun 1997 dimulai konstruksi pembangunan infrastuktur dan utilitasnya. Ya, silakan bayangkan sendiri berapa pohon yang kemudian harus dibabat? Dan pada tahun 2000 PT Newmont mulai beroperasi hingga kini.
Kapan habisnya tambang di Newmont? Diperkirakan sekitar tahun 2031. Namun sebelum tutup tambang, sudah direncanakan proses reboisasi agar tempat ini berfungsi kembali seperti semula. Dari hutan kembali menjadi hutan, walaupun mungkin nggak akan sekomplet flora dan fauna sebelumnya. Sedangkan, pit Batu Hijau direncanakan menjadi sebuah danau. Ada yang mau berenang di sana?
[caption id="attachment_309818" align="aligncenter" width="538" caption="Kelak, Pit Batu hijau ini akan dijadikan danau. (foto: Harris Maulana)"]
Menurut Haris, produksi tambang Batu Hijau sudah memasuki phase ke-6 dari phase 7 yang direncanakan. Produksi menghasilkan 500.000 ton per hari, sedangkan kapasitas proses pengolahan hanya sanggup mengolah sebanyak 125.000 ton. Sisa dari material yang tidak terolah disimpan disebuah tempat dan akan diproses kembali jika persediaan material sudah habis (ditabung).
^_^
Nah, terus bagaimana dengan ‘jeroan’ pertambangan di Newmont? Haris menceritakan tentang proses batuan menjadi konsentrat berdasarkan informasi dari Sophiaan, pekerja bagian metalurgis.
Pabrik pengolahan bijih di Batu Hijau terdiri dari proses pengolahan dengan memisahkan mineral berharga dari pengotornya dan mengambil sebagai konsentrat dengan produk akhir konsentrat dan tailing.
Proses penghancuran diawali dengan crushing dan grinding berupa pengecilan ukuran partikel bijih dan dilanjutkan dengan proses liberation. Proses berikutnya adalah pengapungan (flotasi) yang memisahkan mineral dari pengotornya dan menghasilkan konsentrat berkadar tinggi.
Tambang Batu Hijau selama ini menghasilkan konsentrat yang terdiri dari 23% mengandung tembaga, 100 ppm emas dan 67% pengotor. Sedangkan tailing ditempatkan di laut yang disalurkan melalui pipa darat sepanjang 5 km, kemudian pipa tersebut masuk ke dalam laut sepanjang 3,2 dengan kedalam 125 meter dan masuk palung laut yang memiliki kedalaman. Proses penempatan tailing di laut ini sudah berdasarkan hasil AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Dari segi apapun penempatan tailing di laut ini lebih baik jika dibandingkan dengan penempatan tailing di darat. Hal ini juga sudah mendapat persetujuan dari berbagai pihak seperti pemerintah dan masyarakat setempat karena tidak membahayakan lingkungan.
Dari hasil kunjungan Harris ke pabrik pengolahan, semua penjelasan Sophiaan makin terpaparkan. Apalagi orang seperti saya, kayaknya benar-benar harus mengunjungi langsung ke pabriknya untuk melihat pabrik yang terdiri dari 6 lantai itu. Termasuk ke bagian control yang mengoperasikan pabrik secara komputerisasi dan semi-otomatis. Penasaran juga melihat pipa tailing sepanjang 3,2 km yang disalurkan dari pabrik hingga ke tempat akhir di tepi pantai Belete.
[caption id="attachment_309821" align="aligncenter" width="440" caption="Pipa sepanjang ini kalau tembang Newmnt ditutup bisa dipakai apa ya? (foto: Harris Maulana)"]
Harris juga menjelaskan, hasil akhir yang diproduksi dari tambang berupa konsentrat yangg mengandung tembaga dan bahan mineral lainnya. Jadi bukan berupa berbentuk tembaga jadi. Untuk menjadi sebuah produk jadi perlu diproses lagi dengan pabrik khusus disebut smelter yang di Indonesia hanya ada di Gresik. Newmont sendiri mengirim konsentrat ke Gresik sebanyak 8.000 ton setiap 2 minggu sekali. Selain itu banyak juga melalukan pengiriman ke berbagai negara seperti Jepang, Korea, China, dan lain-lain.
Ribeut ya teryata. Pantas saja harga emas mahalnya minta ampun.
^_^
Apakah Newmont hanya memikirkan mengeduk hasil bumi saja? Nggak ternyata.
Harris memaparkan ihwal tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat sekitar atau lebih dikenal CSR (Corporate Social Responsibility). Sesuai dengan visi perusahaan yaitu “Menjadi perusahaan tambang yang paling dihargai dan dihormati melalui pencapaian kinerja terdepan dalam industri tambang” sudah menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk ikut melaksanakan program melalui kemitraan baik dengan pemerintah, LSM, konsultan, kontraktor lokal, Perguruan tinggi, sekolah, kelompok masyarakat.
Program utama adalah Identifikasi Kebutuhan Masyarakat Rencana Strategis 5 Tahun Comdev II (2009 – 2013) kemudian dirinci lagi menjadi perencanaan tahunan dan pelaksanaan.
[caption id="attachment_309824" align="alignnone" width="538" caption="Program CSR pun dirasakan anak-anak sekolah di sekitar Tambang Newmont. (foto: Harris Maulana)"]
Untuk program kesehatan sudah melakukan pencegahan penyakit malaria dalam 5 tahun terakhir dari beberapa kasus kini menjadi 0% , peningkatan gizi anak balita dan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Bidang Pendidikan meliputi penguatan perpustakaan sekolah, beasiswa untuk pelajar dari tahun 1999 sampai sekarang sudah memberikan beasiswa kepada 10.000 orang yang berprestasi. Bahkan ada beasiswa penuh S1 hingga lulus hingga mencapai biaya Rp 400 Juta per siswa. Kemudian ada juga program sukses ujian nasional. Hmm, Kalau saya terpilih mengikuti "Sustainable Mining Bootcamp" di tambang Batu Hijau, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat pada 19-25 Februari 2014, saya ingin membawa banyak buku cerita untuk anak-anak di sana. Termasuk buku cerita yang saya tulis. Juga ingin mengajarkan mereka menulis, dan kalau terpilih akan diterbitkan. Seingat saya cerita anak dengan latar wilayah pertambangan di Indonesia belum ada tuh.
Selain itu ada juga program bidang Pertanian : program pendampingan petani sistem intensifikasi, pembibitan (60.000 bibit/tahun) , penghijauan, program kompos, pembuatan biogas. Untuk usaha lokal : membina usaha lokal, pembelanjaan barang dari pemasok dan kontraktor NTB dan KSB. Untuk bidang konservasi ada Konservasi Penyu dan pembuatan Reefball untuk terumbu karang.
Begitu banyak progam CSR yang sudah dijalankan oleh perusahaan Newmont untuk masyarakat sekitar khususnya dan wilayah Nusa Tenggara umumnya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar dan lingkungan.
Dan serunya, menurut Harris, bisa melihat langsung program CSR Newmont di masyarakat. Itu sebabnya, Harris menyimpulkan:
“Banyak pihak yang skeptis terhadap perusahaan tambang yang dinilai sering merusak lingkungan dan ekosistemnya. Memang ada hal-hal negatif yang ditimbulkan, tetapi upaya-upaya untuk mereduksi yang negatif itu terus dilakukan dengan hal-hal positif. Newmont sudah merencanakan apa yang harus dilakukan jika deposit sudah habis. Dalam lima tahun mereka akan melakukan rekondisi kawasan tambang seperti semula, tidak akan ditinggalkan begitu saja dan sebagai jaminan mereka sudah menyimpan deposit sejumlah rupiah yang dipegang oleh pemerintah. Pit akan dijadikan sebuah danau. Dan kawasan lainnya akan dijadikan kawasan hutan.” ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H