[caption id="" align="alignnone" width="358" caption="Ahok Kecil bersama adiknya. (ahok.org)"][/caption]
Manggar adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung, yang mendadak kesohor sejak Andrea Hirata mengangkatnya ke dalam noveltetralogi Laskar Pelangi. Nama Manggar kembali terangkat karena di sana pula Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM alias Zhōng Wànxié alias Ahok dilahirkan pada 29 Juni 1966.
Sayangnya kepopuleran Manggar ini belum sampai ke Wikipedia. Informasi yang didapat di situs ensiklopedia bebas itu—yang berbahasa Indonesia—hanya deret nama 10 kelurahan di wilayah Manggar. Sementara di edisi bahasa Inggris ada sebaris informasi tambahan; mayoritas masyarakat Manggar adalah keturunan Tionghoa Hakka dan Melayu. Kebanyakan keturunan Tionghoa-nya beragama budha, katolik dan protestan.
Jika kita masukkan kata kunci ‘manggar’ di mesin pencari Google, maka selain kecamatan Manggar ini, kita bisa mendapatkan pula informasi tentang Gunung Manggar, Pantai Manggar serta Bunga Manggar.
Gunung Manggar di Jember, Jawa Timur, juga sempat mencuat ke media gara-gara isu penemuan kandungan emas yang membuat penambang liar berdatangan merusak lingkungan setempat. Nama Pantai Manggar yang terletak di Balikpapan, Kalimantan timur, sempat pula heboh karena kehadiran buaya air asin sepanjang tiga meter di tempat wisata yang dipedati pengunjung. Sedangkan bunga manggar merupakan hiasan dari kertas warna-warni yang dianggap penting dalam pesta orang-orang Melayu di Malaysia, seperti pernikahan.
Fakta Ahok Kecil
Sesungguhnya saya lebih kaget lagi ketika tahu Ahok juga ternyata lahir dan tumbuh di Gantung yang menjadi setting cerita Laskar Pelangi. Saya jadi membayangkan jika Andrea Hirata mengenal sosok Ahok, pastilah dia akan menjadi anggota ke sebelas setelah Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong (Chau Chin Kiong), Syahdan, Kucai, Borek, Trapani dan Harun. Tapi kenyataanya, Ahok punya cerita tersendiri tentang masa kecilnya.
Ahok lahir dari pasangan pernikahan dini Indra Tjahaja Purnama (Zhong Kim Nam) dan Buniarti Ningsing (Bun Nen Caw). Ibunya adalah contoh terbaik untuk program ASI karena bayi Ahok mendapat ASI eksklusif dari bunya. Itu sebabnya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok sangat mendukung program pemberian ASI ekslusif kepada para bayi. Ia mengaku, kulkas di ruang kerjanya sering dititipi ASI oleh pegawai Pemprov yang sedang menyusui.
” Ibu saya nikah muda, lahir saya. Jadi saya minum ASI mama saya. Jadi saya nggak pernah minum susu bubuk,” papar Ahok tentang masa bayinya.
Sebagai anak sulung keluarga Kim Nam, Ahok banyak belajar hal-hal baik dari orangtuanya. Ayahnya dikenal di pulau Belitung karena kedermawanannya. Bahkan ayah Ahok mau berutang pada orang lain, untuk memberi uang kepada orang yang tengah dilanda kesulitan.
Ajaran Kim Nam yang paling ditekankan kepada Ahok adalah menjaga diri agar tidak sombong, Itu sebabnya Ahok dibesarkan dengan pendidikan yang keras agar kemudian bisa berguna bagi masyarakat Belitung. Kim Nam bahkan mewajibkan Ahok selalu bersalaman dengan orang yang lebih tua.
Ahok kemudian tumbuh menjadi anak yang selalu ingin tahu. Temannya semuanya anak-anak melayu dan dia bersekolah di SD negeri. Meski membaur, Ahok masih mendapat perlakuan diskriminasi. Pernah, Ahok dilarang menjadi penggerek bendera di sekolah ketika upacara karena warna kulitnya. Ahok kecewa, dia mengadukan hal tersebut pada ayahnya. Ahok malah diminta ayahnya bersabar.
“Akan tiba saatnya orang-orang menerima kita,” kata ayah Ahok yang juga melarang Ahok berkecil hati. “Kamu harus tetap berusaha terus. Tak boleh dendam.”
Sebagai anak keturunan Tionghoa, Ahok pun senantiasa merayakan Tahun Baru Imlek. Saat paling berkesan tentunya saat menerima sejumlah amplop dari keluarga dan kerabatnya. Meski demikian Ahok tak pernah menghitung jumlah isi angpao yang didapatnya. Namun pada saat perayaan Imlek, dia tidak memiliki ritual khusus untuk menyambutnya. Mekipun di rumah orangtuanya dilakukan acara sembahyang, Ahok tidak pernah mengikutinya.
Saat menyenangkan Ahok di masa kecilnya adalah ketika hari ulang tahun tiba. Di momen spesial tersebut, ibunda Ahok kerap memberikan kado istimewa berupa mie rebus dengan dua butir telur sebagai bentuk rasa syukur karena telah bertambah usia. Padahal biasanya mie rebus cukup dengan satu telur.
Ahok adalah anak yang cerdas dan selalu menjadi juara kelas. Resep Ahok adalah selalu belajar di waktu subuh. Selain itu, karena pada masa kecilnya tak ada permainan teknologi canggih, dia hanya fokus belajar dan belajar.
Meskipun demikian, Ahok masih tetap bermain seperti anak-anak umumnya. Ahok pernah memancing bersama kawan-kawannya di daerah terlarang, dermaga PT Timah. Petugas keamanan yang galak mengejar dan meneriaki Ahok dan kawan-kawannya,” Maling! Maling!”. Karena terus dikejar Ahok dan kawan-kawannya nyebur ke sungai. Padahal, sungai itu banyak buayanya.
Ahok kecil juga senang bermain dengan anak-anak yang lebih tua umurnya. Efeknya, dia sudah mengenal rokok sejak bangku SD walaupun sembunyi-sembunyi. Sampai suatu hari, Ahok merokok di kamarnya. Rokoknya kemudian terjatuh membakar kasur. Karuan orangtuanya tahu kebiasaan buruk Ahok, sehingga orangtuanya langsung menjewer kupingnya. Sejak itulah Ahok kapok menghisap tembakau lagi.
Hobi Ahok kecil yang paling disukai adalah mendengarkan musik dangdut dan nonton film India. Di Manggar, dangdut biasa disebut madut. Bahkan, Ahok rela naik truk terbuka demi mengajar layar tancap yang akan memutar film Rhoma Irama. Selain dangdut, Ahok juga menggemari film Bollywood yang musiknya menjadi akar musik dangdut. Ahok biasa nonton film india di bioskop kecil yang ada di Belitung.
Sebagai penulis novel anak, saya ingin sekali menulis novel berdasarkan kisah masa kecil Ahok di atas. Sepertinya seru. Siapa tahu bisa mendampingi sukses Laskar Pelangi.
referensi:
ahok.org dan beberapa situs dari google dengan kata kunci: masa kecil ahok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H