[caption id="attachment_354394" align="aligncenter" width="590" caption="Ilustrasi/Kompasiana"][/caption]
Siang ini saya mendapatkan satu buku anak-anak berjudul Alien Terakhir. Buku ini ditulis oleh para penulis yang tergabung Fiksiana Community. Saya bernapas lega, akhirnya buku ini terbit setelah lebih dari setengah tahun menunggu, lantaran antrean terbit buku yang panjang.
Yang belum tahu infonya, buku ini terbit melalui seleksi lewat ajang  Festival Fiksi Anak (FFA) tahun lalu di Kompasiana. Pesertanya, ada yang sudah menulis buku anak bejibun, banyak pula yang pemula. Jam terbang memang tidak bisa dibohongi, kebanyakan yang lolos memang yang sudah terbiasa menulis cerita anak. Lantaran 'aura' penulisan cerita anak sedikit berbeda dengan menulis fiksi lainnya. Terutama menulis dengan sudut pandang anak.
[caption id="attachment_354329" align="aligncenter" width="450" caption="Alien Terakhir, buku untuk anak-anak Indonesia persembahan Fiksiana Community."]
Pemilihan Cover Story
Sejak awal, saya sudah jatuh hati dengan naskah peserta Ita Fauziah  dengan judul Alien Terakhir.  Judulnya tidak terlalu panjang, namun bikin penasaran. Itu sebabnya saya kemudian mengangkatnya menjadi cover story (judul utama di kaver buku).
[caption id="attachment_354378" align="aligncenter" width="384" caption="Alien Terakhir, plotnya menarik."]
Alien Terkhir berkisah tentang Ben dan Rhea yang tiba-tiba mengalami kejutan demi kejutan, seperti  disapa bunga, mendengar kelinci bicara dan keanehan lainnya. Yang bikin menarik karena ada kejutan di akhir cerita (surprise ending). Dibandingkan naskah-naskah lain yang terbilang normatif, saya memberi nilai tinggi untuk ide cerita dan plotnya. Apalagi pesan moral yang disampaikan tidak  terasa menggurui. Meskipun dari sisi penggarapan ide (baca: penulisannya) masih terbilang belum matang karena bertebarannya kalimat tidak efektif .
Keunikan lainnya, di buku ini bertaburan tokoh-tokoh lain yang bukan manusia. Ya, namanya juga genre fantasi, jadi pensil pun di sini bisa bicara seperti manusia seperti dalam cerita Cinta, Pensil, dan penghapus karya Arimbi Bimoseno. Tapi saya paling suka tokoh fantasi sawi dalam cerita Penyesalan Mimi Sawi karya Rahab Garendra. Keunikan karakter, mendorong saya untuk membaca terus ceritanya.
[caption id="attachment_354380" align="aligncenter" width="384" caption="Dalam menulis cerita fantasi, bebas memakai karakter, termasuk sawi."]
Dua penulis cerita anak yang sudah malang melintang di dunia perbukuan seperti Firma Sutan (Bantal Ajaib untuk Raja), dan Wylvera W (Serbuk Ajaib Tiko Kelinci) sungguh membuat kegembiraan tersendiri untuk saya. Â Setidaknya, bagi penulis pemula lainnya dapat belajar cara menyusun kalimat-kalimat yang lebih efektif di dalam cerita ank.