Mohon tunggu...
BASMI
BASMI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca, Berolahraga, Mendengar Musik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Allah Membiarkan Dosa di Dalam Dunia?

19 September 2023   09:33 Diperbarui: 19 September 2023   09:37 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pernahkah terbesit dalam benak anda pertanyaan, mengapa Allah membiarkan dosa di dalam dunia? Bukankah dengan kedaulatan dan kemahakuasaan-Nya, sangat mudah bagi Allah untuk melenyapkan dosa?. Jika pernah, apakah jawabannya? Apakah jawaban itu sudah memuaskan anda atau belum sama sekali?. Bukankah jika Allah tidak membiarkan dosa di dalam dunia, manusia tidak jatuh ke dalam dosa dan kejahatan tidak ada?

Pertanyaan "mengapa Allah membiarkan dosa di dalam dunia?"merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk ditelusuri. Namun demikian, sebelum menjawab pertanyaan tersebut ada baiknya lebih dahulu memahami arti dari dosa dan asal-usul dosa. Alkitab mencatat bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Berdasarkan catatan Alkitab tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua orang atau manusia di muka bumi ini adalah orang berdosa, terkecuali manusia Yesus Kristus (2 Korintus 5:21). Lalu pertanyaan selanjutnya, Apakah dosa itu? Dan darimanakah asal-usul dosa tersebut?.

Tony Lane menjabarkan bahwa Alkitab menggunakan banyak terminologi mengenai makna dosa, yaitu: dosa diartikan kegagalan atau tidak mencapai sasaran, dosa adalah tersesat, melanggar atau pelanggaran; dosa juga dapat dimaknai sebagai pemberontakan melawan Allah, melanggar hukum Allah, atau ketidaktaatan, penyimpangan, kejahatan, kenajisan, ketidakbenaran, ketidakadilan, nafsu, dan keinginan jahat. 

Sementara itu, J.Wesley Brill menjelaskan makna dosa tak jauh beda dengan apa yang dikemukakan oleh Lane, namun Brill lebih mengklasifikasikan makna dosa, hal tersebut terlihat dari ulasan Brill yang membedakan arti dosa dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, dosa diartikan "tidak kena" atau "tidak sampai"diibaratkan anak panah yang tidak kena atau tidak sampai sasarannya.

Artinya, dosa adalah tindakan atau maksud hati yang tidak sesuai dengan tujuan Allah (Kej.4:7; Kel.9:27). Brill juga mengatakan dosa dalam Perjanjian Lama merupakan pelanggaran, pemberontakan, melawan perintah Allah (Mzm.51:3; Amsal 8:36). Sedangkan dalam Perjanjian Baru, Brill mengatakan dosa yang dalam bahasa Yunaninya hamartia merupakan perbuatan atau keadaan hati yang tidak mengenai sasaran. Selain itu, Brill juga menyebutkan bahwa dosa merupakan kejahatan(adikia), pelanggaran (parabasis), durhaka(anomia), kefasikan(asebeia), dan kesalahan (paraptoma).

Darimanakah asal-usul dosa ? Alkitab memang tidak menjelaskan tentang asal-usul atau sumber dosa, tetapi menyebutkan asal mula manusia jatuh ke dalam dosa (Kejadian 3). Namun demikian, ada pandangan yang mengatakan bahwa dosa dibawa ke dunia oleh malaikat yang dijuluki Lucifer. Ia merupakan pemimpin malaikat yang memberontak kepada Allah karena ingin menyamai Allah. Oleh karena itu, Allah melemparkannya dari sorga ke bumi beserta pengikutnya. Kredibilitas pandangan tersebut tidak dapat dipertahankan, karena Alkitab tidak mencatatnya. 

Alkitab hanya menjelaskan proses masuknya dosa ke dalam diri manusia, yaitu ketika Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan agar tidak memakan buah terlarang tentang yang baik dan jahat di Taman Eden. Manusia diberi kehendak bebas untuk memilih taat atau tidak terhadap perintah Allah, tetapi manusia lebih memilih untuk tidak taat sehingga membuat manusia jatuh ke dalam dosa. Dari penjelasan tentang arti dan asal-usul dosa yang diuraikan di atas, sangat jelas bahwa dosa merupakan perbuatan atau keadaan hati yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Lalu jika demikian, Mengapa Allah membiarkan dosa di dalam dunia?. 

J.Wesley Brill berpandangan bahwa dosa dibiarkan oleh Allah untuk menyatakan kesetiaan manusia kepada-Nya atau dengan kata lain, dosa dipakai oleh Allah untuk menguji manusia agar dapat menunjukkan kasihnya kepada Allah. Sedangkan Muriwali Yanto Matalu mengatakan bahwa Allah membiarkan atau mengijinkan dosa di dalam dunia karena manusia diciptakan tidak seperti robot, yang dikontrol sepenuhnya oleh penciptanya. Demikian juga manusia yang segala tindakannya tidak dikendalikan atau diintervensi oleh Allah, tetapi diciptakan menurut gambar Allah sehingga manusia itu menjadi makhluk bermoral yang berkaitan dengan perihal baik dan jahat. Oleh karena itu, manusia diberi kebebasan oleh Allah untuk memilih dan melakukan apa yang baik atau yang jahat. Agustinus pernah memberi penjelasan; "sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, ia mampu untuk tidak berdosa (posse non peccare), namun setelah jatuh, manusia tidak lagi mampu untuk tidak berdosa (non posse non peccare) yang artinya tidak lagi memiliki kehendak bebas, melainkan hidup diperbudak oleh dosa. 

Jadi, Allah membiarkan atau mengijinkan dosa ada di dalam dunia bukan membuktikan ketidakberdaulatan Allah, melainkan sebaliknya bahwa hal itu menunjukkan Allah yang berdaulat yang tetap bisa menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa dan menunjukkan kasih-Nya yang begitu besar melalui kehadiran-Nya ke dunia di dalam pribadi Yesus Kristus.

B@S Ministry

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun