Pasca penghitungan cepat pemilu 2014, PDI-P diklaim unggul. Syahdan, dalam waktu singkat, para ahli sitir segera bermunculan. Mereka beramai-ramai cicit cuit atas kemenangan PDI-P. Ada yang mengatakan, kira-kira -- ‘ya, PDI-P menang, tapi masih gagal memanfaatkan Jokowi effect’ – ada pula pendapat ‘PDI-P masih setengah hati mengusung Jokowi’ dll. Ya, biarkanlah, saya tidak tertarik masuk dalam perdebatan tak bermuara itu……………
Dalam tulisan ini, saya bermaksud untuk bertanya pada tokoh populis di panggung pemilu 2014 ini, Jokowi. Dia, sampai detik ini, dipercayai banyak pihak sebagai yang terbaik di antara yang buruk. Ringkas pengalaman politiknya, setidaknya, menunjukan kedekatan dengan rakyat (lapis bawah dan menengah). Terlepas dia akan maju sebagai calon presiden atau tidak, itu urusan lain. Harapan saya, sesegera mungkin, dia bisa menunjukan pijakan kedepanya. Untuk itulah, tulisan ini saya beri judul ‘Pak Jokowi, (Nuwun Sewu) Anda Mau Kemana, Kiri, Kanan atau Tengah?
Sampai dengan saat ini, agaknya Jokowi masih ragu mengambil keputusan. Dia terkesan sangat berhati-hati menentukan berada di pihak sebelah mana. Mungkin dua hari yang lalu, sempat dia berkata ‘Nanti satu-satu saya sampaikan, tapi tidak langsung. Pertanianya seperti apa, energinya seperti apa…’ ( baca: Jokowi Siapkan Visi-Misi Capres). Dengan pernyataan ini, tak heran, semua yang simpati kepadanya berdebar-debar menunggu (dengan garuk-garuk kepala tentunya). Memang sangat abu-abu.
Ted Sprague, Marxist gaek yang sedang belajar di Kanada, (kalau tak salah tafsir) juga meragukan posisinya sebagai tokoh populis ini akan berbelok ke kiri. Dalam tulisan di website yang dia kelola militanindonesia, ditunjukanya keraguan itu. Ted menempatkan langkah Jokowi yang mengacuhkan dua gerakan buruh pada dua tahun belakangan, Getok Monas 2012 dan Mogok Nasional jilid II Oktober-November 2013. ‘…..Jadi, ketika masalahnya adalah masalah kelas yang konkret, posisi Jokowi dan Ahok menjadi jelas, yakni berdiri di sisi kekuatan modal.’ (Ted Sprague: Perspektif Marxis untuk Pemilu 2014: Kritik, Analisa, dan Tugas Kita).
Memang nampaknya, tuduhan Ted di atas tidak hanya isapan jempol. Kelompok kerah putih, beberapa saat menjelang pemilu 2014, menunjukan kecintaan mereka pada putra Surakarta ini. Tak tanggung-tanggung, Index Harga Saham Gabungan (IHSG) yang lesu 6 bulan terakhir, mendadak bergairah, mendengar Jokowi diberi mandate Megawati. Waktu itu, IHSG naik 3 persen. Namun, situasi ini kembali melempem, mendapati kabar PDI-P menang tipis. IHSG turun lagi. Aneh bin ajaib, lagi-lagi, ketika Jokowi blusukan ke bursa efek, IHSG melejit 1.3 persen. Apakah fenomena ini ada hubungan antara Jokowi-kelompok kerah putih? Hanya mereka yang punya kapasitas menjawab.
Konon, menurut sahibulkayat, di Negara-negara seperti Inggris dan Amerika, ada pemimpin yang berpijak di antara kiri dan kanan itu. Jika tak salah, jalan ini dipelopori oleh Rektor London School of Economic, Anthony Gidden. Pemikiranya dituangkan dalam bukunya ‘Jalan ke Tiga: Pembaruan Demokrasi Sosial'. praktek jalan ketiga ini telah dimulai tahun 1980an. Dan sekarang ini, fakta bicara, bahwa negara-negara tersebut dilanda krisis. Pemerintah di sana malah sibuk menutup hutang kelompok kerah putih dari pada menjamin asuransi kesehatan buruh dan rakyat miskin lain.
La... pak Jokowi pripun (gimana), mau belok Kiri, Kanan atau ambil jalan Tengah?
‘Hidup itu adalah pilihan’ saya sepakat dengan pepatah ini. Begitu juga seharusnya menjadi pemimpin. Dia pun harus memilih. Pun, ketika dia memilih, sangat wajar akan ditinggalkan kelompok lainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H