Mohon tunggu...
Benjamin Benneth Arfianto
Benjamin Benneth Arfianto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Menteng Raya

Seorang pelajar yang ingin mengetahui rahasia dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Profesor, sang Pemegang Ilmu tapi Tak Terpercaya?

17 Agustus 2024   13:30 Diperbarui: 17 Agustus 2024   13:31 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Profesor. Seorang guru besar, bertahta di posisi tingginya, berkuasa atas para muridnya. Dipercaya dan dihormati. Teladan dan acuan bagi semua yang menerima pencerahan darinya. Paling tidak itu yang dipercayai sebagian besar orang.

Perkuliahan adalah tahap pendidikan tertinggi dalam hidup seseorang. Untuk mencapai pada tahap itu, banyak manusia berusaha mati-matian dan bahkan menjatuhkan satu dengan yang lain. Seorang profesor, seseorang yang menjadi pusat perhatian dari impian ini, merupakan sebuah sosok yang memberikan maksud baru bagi para manusia yang berhasil mencapai masa perkuliahan. Merekalah yang menjadi contoh bagi para mahasiswa. Menjadi tolak ukur akan apa yang benar, salah, dan yang ada di antaranya. Merekalah yang menjadi harapan bagi para mahasiswa. 

Sayangnya, terdapat beberapa pihak yang memutuskan untuk menyalahgunakan gelar kehormatan ini, yang tidak dengan mudahnya bisa diraih, demi memajukan kesejahteraan dan kepentingan sendiri. Mereka menyalahgunakan kepercayaan murid-muridnya, memberikan harapan palsu, dan akhirnya mencoreng nama mereka sendiri beserta institusi dimana ia berdiri di atasnya. 

Salah satu kisah yang bisa menjadi contoh adalah seorang guru besar di Universitas Jambi (Unja) yakni Profesor Sihol Situngkir telah diduga terlibat dalam sebuah kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Tindakan ini dilakukan melalui modus mengirim mahasiswa magang ke Jerman dengan program Ferienjob. Terdapat suatu dugaan bahwa modus ini udah menimpa 87 mahasiswa Universitas Jambi. 

Hal tersebut divalidasi pula oleh Humas Unja yang kemudian memastikan bahwa 87 mahasiswa yang terdaftar sebagai korban TPPO telah diberikan pendampingan hukum, psikologis, atau apapun yang dibutuhkan oleh mahasiswa tersebut. Ketua DPRD Jambi Edi Purwanto menanggapi kasus ini dengan mengatakan, “Harusnya tidak seperti itu, sekelas profesor kok seperti itu? Ini kan dengan melakukan hal seperti itu kan merugikan semua pihak, bukan nama kampus tapi juga nama baik Jambi juga tercoreng.” Edi juga meminta agar kasus ini segera diselesaikan dan tidak terulang ke depannya serta kampus harus lebih selektif ketika memilih pihak ketiga dalam program magang mahasiswa.

Kasus tersebut menunjukkan sebuah contoh bagaimana tingkat pendidikan seseorang menentukan apakah orang tersebut berintegritas ataupun tidak. Nyatanya, bahkan seorang guru besar bisa ikut terseret dalam kasus TPPO yang di dalamnya menyangkut mahasiswanya sendiri. 

Suatu hal yang sangat mengenaskan karena seharusnya seseorang dengan status yang tinggi seperti itu harus bisa menjadi contoh bagi murid-muridnya, menjadi tempat yang dipercaya dan program magang ini bisa menjadi kesempatan bagi para mahasiswa. 87 mahasiswa yang terjebak dalam skema ini bukanlah angka yang kecil, banyak harapan yang remuk dalam kasus ini, dan tentunya lebih banyak amarah yang meluap akan sistem pendidikan bukan hanya di Jambi, namun sampai di tingkat nasional. 

Bagaikan seorang raja yang menindas rakyatnya, seorang pejabat mengelabui rakyatnya, demikianlah profesor ini menipu mahasiswanya. 

Suatu peristiwa yang sangat memalukan untuk gelar yang begitu tinggi. Namun, apakah hal ini berarti bahwa status seorang profesor tidak bisa lagi dipercaya? Tentu saja bukan begitu akhir ceritanya. Proses-proses dan pembersihan demi pembersihan kedepannya bisa kembali mengembalikan status profesor sebagai suatu posisi bagi seorang individu yang bisa dipercaya dan bisa kembali dijadikan contoh. Kita berharap bahwa sistem pendidikan di Indonesia bisa mencapai tahapan dimana semua memiliki keinginan murni untuk mengejar dan meningkatkan pendidikan, sehingga kita bisa meraih generasi Indonesia emas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun