Mohon tunggu...
Ben Jalang
Ben Jalang Mohon Tunggu... -

Mereka bilang saya jalang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jendela Hati

13 April 2012   23:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:38 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pandanganku menerawang jauh, menembus hujan dari balik jendela.

“Kau tahu permasalahannya. Orang tuaku menunggu kepastianmu.” Pacarku melanjutkan pembelaannya.

“Perjodohan ini baru sebatas rencana, belum ada keputusan.” Tak bergeming, aku masih membuang muka ke jendela.

“Sekarang, telah kuputuskan. Aku akan mengikutimu, jilbab ini akan kulepas.”

“Apa maksudmu?!”

“Jadikan aku istrimu, bimbinglah menjadi hamba-Nya yang benar-benar taat. Ini semua karena cintaku padamu. Kau sanggup?”

Senja mengintip dari jendela, meniadakan hujan. Seolah alam ingin berisyarat, padaku. “Aku ingin menjadi muallaf, dan kelak imam bagimu.”

Seketika air matanya mengucur, “Kau serius?”

“Tentu, demi cintaku padamu, gadis berkerudung ungu.”

Di jendela, bulan sabit tersenyum padaku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun