Presiden Pensiun
Guntur Soekarnoputera, salah satu senior Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang punya pengalaman tiga orde, mulai merasakan suasana kebatinan dan spiritual Pdi-P yang sedang merosot belakangan ini. Beliau seketika mengambil langkah strategis untuk menyokong kursi Ketua Umum Pdi-P kepada Joko Widodo. Meski demikian, maksud baik Guntur itu hanya tersampaikan di sebuah artikel harian Nasional, Kompas, tanpa sedikitpun disinggung pada Rakernas IV kemarin.Â
Artinya, belum ada jaminan usulan itu terealisasikan di samping kemustahilan bahwa mimbar orasi nomor satu Pdi-P akan diberikan secara sukarela kepada orang tanpa hubungan biologis trah Soekarno. Warga Pdi-P pun menyadari bahwa Pdi-P tanpa Mega, sosok dengan darah Soekarno, adalah partai yang sama sekali tidak bisa dipercaya rakyat. Satu-satunya alasan partai itu masih hidup adalah keberadaan loyalis Mega, bukan loyalis Guntur.
Jokowi yang beberapa bulan ke depan akan pensiun, tentu sudah memperhitungkan kemana dirinya akan memastikan karier politiknya tidak putus hanya sampai dua periode Presiden. Sama halnya ketika ia memutuskan Prabowo Subianto untuk menempatkan dirinya sebagai Menteri Pertahanan menjelang pemilu nanti; sudah diperkirakan strategi geopolitiknya jauh-jauh hari. Sayangnya beliau tak punya track record sebagai organisatoris partai ataupun pondok pesantren. Penempatan Kaesang di partai yang belum besar itu bukti bahwa hobi petualangan politik Jokowi masih akan berlanjut.Â
Pertemuan Susilo Bambang Yudhoyono senin sore kemarin nampaknya juga memberi sinyal bagi pemilih Jokowi bahwa tawaran Ketua Umum partai adalah tempat yang layak bagi mantan Presiden. Tetapi bukankah sungguh janggal jika niat untuk menggeser posisi Mega bahkan diperlukan sosok senior yang lebih senior, alias Guntur, salah satu faksi yang pemetaan suaranya belum dapat dipastikan dalam lingkungan warga Pdi-P. Rencana ini pun juga berarti semakin meretakkan hubungan antara orang-orang di belakang Mega dengan orang-orang Jokowi.
*) Dipaksa oleh keadaan, penulisan akronim pdip katanya harus mengikuti kaidah pergaulan supaya ditulis secara "Pdi-P"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H