Ekonomi Sirkular untuk memanfaatkan limbah/sampah sebagai Sumber Daya Baru Ekonomi (Problem di Indonesia dan Negara Anggota ASEAN)
Apa itu ekonomi sirkular dan mengapa itu penting?
Ekonomi sirkular, mengacu pada ekonomi yang menggunakan pendekatan yang berfokus pada sistem dan melibatkan proses industri dan aktivitas ekonomi yang dirancang untuk memulihkan atau meregenerasi, memungkinkan sumber daya yang digunakan dalam proses dan aktivitas tersebut untuk dipertahankan.Â
Nilai tertinggi ekonomi sirkular selama mungkin, dan bertujuan untuk menghilangkan pemborosan melalui desain bahan, produk, dan sistem yang unggul (termasuk model bisnis).Â
Ini adalah perubahan model di mana sumber daya ditambang dan dieksplorasi, dibuat menjadi produk, dan kemudian menghasilkan limbah. Ekonomi sirkular mengurangi penggunaan material, mendesain ulang material menjadi kurang intensif pemakaian sumber daya, dan menangkap kembali "limbah" sebagai sumber daya untuk memproduksi material dan produk baru yang bernilai ekonomis.
Sirkularitas dianut dalam pendekatan manajemen material berkelanjutan (SMM) yang telah dilakukan beberapa lembaga internasional dan lembaga federal lainnya sejak 2009.Â
Pendekatan ekonomi sirkular di bawah payung the Sustainable Material Management (SMM) menunjukkan kesinambungan dalam penekanan pada pengurangan dampak siklus hidup bahan material, termasuk dampak iklim, pengurangan penggunaan bahan berbahaya, dan memisahkan penggunaan bahan dari pertumbuhan ekonomi.Â
Strategi Daur Ulang Nasional mengidentifikasi perlunya menerapkan pendekatan ekonomi sirkular untuk semua – mengurangi penciptaan sampah dengan mempertimbangkan masyarakat lokal dan menerapkan strategi pengelolaan material yang melibatkan masyarakat dengan kepedulian terhadap keadilan lingkungan.
Ekonomi Sirkular untuk ASEAN
Mengingat semakin terbatasnya sumber daya yang tersedia, serta semakin banyaknya sampah/limbah akibat aktivitas perekonomian di ASEAN, maka sirkular ekonomi perlu dipertimbangkan menjadi salah satu agenda pereknonomian ASEAN di masa mendatang. Â
Dengan tingkat pertrumbuhan secara rata-rata mencapai 5% pertahun, wilayah ASEAN berpeluang besar menghasilkan ekses negatif dari pertumbuhan ekonomi berupa limbah/sampah. Â