Nusantara sebagai nama ibu kota baru telah disetujui oleh Presiden Joko Widodo (yang juga merupakan Alumni Universitas Gadjah Mada). Keputusan tersebut telah diumumkan saat rapat bersama Panja RUU Ibu Kota Negara (IKN) pada tanggal 17 Januari 2022. Hal ini merupakan keputusan yang revolusioner di bawah Pemerintahan Presiden Jokowi untuk memindahkan Ibu Kota dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. Setelah merdeka selama 76 tahun, saat inilah Indonesia mempunyai kesempatan membangun Ibu Kota Negara baru, dengan harapan akan menjadi Ibu Kota ideal bagi pemerintahan dan bangsa di masa mendatang.
Nama Nusantara dipilih dari sekitar 80 nama lain yang diusulkan, seperti Negara Jaya, Nusantara Jaya, Nusa Karya, Nusa Jaya, Pertiwipura, Cakrawalapura, dan Kertanegara. Nama Nusantara dipilih karena sudah dikenal sejak dulu, bahkan sejak ratusan tahun sebelum Indonesia merdeka. Selain itu nama tersebut bersifat ikonik di mata internasional dan mudah diingat, serta menggambarkan kenusantaraan/keberagaman yang dimiliki oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Asal Kata Nusantara
Kata Nusantara ditemukan pada Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gadjah Mada pada saat upacara pengangkatan dirinya menjadi Patih Amangkubhumi Kerajaan Majapahit pada Abad ke 13 M. Sumpah itu berbunyi Lamun huwus kalah Nuswantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palap, yang artinya “Jika telah menguasai Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa”. Nusantara adalah sebutan nama bagi seluruh wilayah Kepulauan Indonesia dan sekitarnya. Dari sisi Bahasa, akar nama Nusantara berasal dari kata nusa artinya pulau dan antara yang berarti luar atau seberang.
Sumpah Palapa berisi pernyataan suci yang diucapkan oleh Gadjah Mada di hadapan Penguasa Majapahit, yaitu Ratu Tribuwana Tunggadewi dengan disaksikan oleh para Menteri dan pejabat kerajaan lainnya. Pernyataan Sumpah Palapa tersebut menandakan Gajah Mada dengan segenap jiwa raganya akan mewujudkannya.
Di bawah perintah Maha Patih Gadjah Mada (1313-1364 M), Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya dan menguasai banyak wilayah. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh abad XIII-XV, wilayah kekuasaan Majapahit meliputi pulau-pulau di luar Jawa, Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya (Malaysia), Brunei Darussalam, dan Sebagian Filipina. Kalau diterjemahkan sekarang merupakan sebagian besar wilayah Association South of Asian Nations (ASEAN), bahkan terlintas dalam benak saya bahwa ASEAN merupakan perwujudan Sumpah Palapa Gadjah Mada. Jadi Gadjah Mada sangat pantas bila disebut inspirator berdirinya ASEAN.
Nusantara Digaungkan Kembali Oleh Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh Pendidikan yang menghidupkan kembali istilah nusantara pada awal abad ke-20, atau 7 abad setelah Gadjah Mada mengucapkan Sumpah Palapa. Hal tersebut didasari semangat melawan penjajahan Belanda untuk mewujudkan Indonesia merdeka yang waktu itu masih bernama Hindia Belanda.
Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu tokoh pendiri Universitas Gadjah Mada. Pada tanggal 4 Januari 1946, setelah Ibukota berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta, tidak lama kemudian para tokoh nasional di Yogyakarta pada tanggal 17 Februari 1946 mendirikan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada” (BPTGM) yang nerupakan cikal bakal pendirian Universitas Gadjah Mada. KH Dewantara menjabat Wakil Presiden Kuratornya. Perjuangan tersebut membuahkan hasil gemilang dan pada tanggal 19 Desember 1949 lahirlah Universitas Negeri Gadjah Mada sebagai kampus negeri pertama di Indonesia.
Momentum UGM Menjadi Terbaik Di ASEAN
Visi pemerintah memindahkan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur adalah untuk menjadikannya menjadi salah satu kota terbaik dunia dan menetapkan Nusantara sebagai nama IKN. Momentum tersebut hendaknya memberi spirit yang sama bagi Universitas Gadjah Mada untuk berpacu “menaklukkan ASEAN”, sama halnya seperti yang dilakukan Gadjah Mada, dengan ultimate goal menjadi salah satu universitas terbaik dunia. Terlebih dengan nama IKN Nusantara, yang tentunya sangat terkait dengan UGM, dapat mengangkat nama Gadjah Mada dan nama KH Dewantara.