Mohon tunggu...
Hilmia Wardani
Hilmia Wardani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kompasianer amatir & nikonian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memilih Jurusan: Galau Itu Wajar

20 Februari 2013   13:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:59 8030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jujur, saya tersenyum usai melihat tema obrolan freez kali ini. Yaps, memilih jurusan untuk kuliah. Tema obrolan ini mengingatkan saya pada sebuah masa, tepatnya 3,5 tahun lalu, ketika saya duduk di bangku SMA. Waktu itu, kalender sudah menunjuk pada bulan Maret. Artinya, pelaksanaan ujian nasional tinggal sebulan lagi. Pikiran dan otak semakin saya fokuskan pada persiapan ujian agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Sayang,  fokus pikiran saya kemudian terpecah usai mendengar pengumuman dari BK sekolah.

"Kepada seluruh siswa kelas 3 harap berkumpul di aula sekolah untuk mendapatkan pengarahan tentang tips memilih jurusan dan kampus yang tepat"

Lhoh, apa pula ini? Saya tertegun usai mendengar pengumuman itu. Saya baru tersadar bahwa fokus pikiran saat ini bukan hanya untuk lulus ujian, melainkan juga mempersiapkan "target" usai lulus. Target yang di maksud adalah masuk ke  jurusan yang tepat di sebuah kampus hebat. Pikiran saya benar-benar kosong ketika guru BK membagikan angket minat jurusan pada saya dan kawan-kawan sesama kelas 3. Sejenak saya melihat reaksi teman-teman ketika menerima angket itu dan tenyata mereka semua sangat heboh. Mereka sibuk membicarakan pilihan jurusan yang akan diambil beserta kampus idaman mereka. Kebanyakan mereka berminat ke rumpun kesehatan (kedokteran, farmasi, dan kebidanan) serta rumpun teknik (mesin, otomotif, informatika, dan sipil). Kalau pembicaraan tentang kampus idaman sih tak jauh-jauh dari UNAIR, UB, UGM, dan ITS. Hampir semua teman saya tak ragu-ragu ketika ditanya ingin masuk ke jurusan apa di kampus mana. Tiba giliran saya? I don’t know. Terlalu banyak hal yang muncul di pikiran saya soal kuliah. Pertama, soal pilihan ranah jurusan. Guru saya menyarankan masuk ke ranah IPS,  tapi teman saya mendukung untuk ke ranah IPA. Lagi-lagi, muncul banyak pendapat soal ini. Guru saya bilang kalau bidang sosial itu sekarang sedang “banyak dicari”. Artinya banyak lowongan kerja yang terbuka untuk katagori itu. Kerja di perusahaan bisa, di instansi pemerintahan juga bisa. Pokoknya jaringan kerjanya luas. Pendapat yang berbeda datang dari teman saya yang mendukung ranah IPA. Dia bilang kalau bahasa itu timeless artinya tak lekang oleh waktu. Misalnya saja kedokteran. Yang namanya dokter, pasti sampai kiamat bakalan tetep dicari orang. Beda dengan akuntan yang mungkin bakal digantikan oleh komputer. Kedua, soal jurusan pendidikan dan nonpendidikan. Orang tua saya menyarankan untuk masuk ke jurusan pendidikan karena karir dan penghasilan guru sedang menanjak karena sertifikasi. Apalagi, orang tua saya memang menjabat sebagai PNS sehingga tahu bagaimana enaknya jadi guru saat ini. Namun, kakak saya bilang BIG NO untuk pendidikan. Dia bilang kalau jenjang karir guru itu sangat lama dan berliku. Lebih baik masuk ke jurusan murni karena  lowongan kerjanya jauh lebih banyak dibandingkan lulusan pendidikan. Ketiga, soal kampus dan biayanya. Sebagai anak yang tak terlahir di keluarga kaya raya, uang cukup menjadi pertimbangan saya untuk memilih kampus yang tepat. Saya membandingkan berapa uang masuk, uang gedung, biaya semester, uang saku, biaya sewa kos, biaya transportasi, dan biaya kuliah yang akan saya habiskan ketika masuk di kampus X atau kampus Y. kalau dipikir-pikir, rumit banget ya milih jurusan itu? Semakin ketiga hal itu saya pikirkan, semakin galau pula perasaan saya. Barangkali, apa yang saya rasakan di atas sedikit banyak mirip dengan perasaan siswa kelas 3 SMA sekarang. Ternyata, memilih jurusan itu tak semudah yang dibayangkan. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih jurusan. Pada kesempatan ini, saya ingin sedikit berbagi pencerahan agar para siswa tingkat akhir bisa menentukan jurusan yang tepat. A.Mengidentifikasi kemampuan diri

Menurut KBBI, kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Jadi, mengidentifikasi kemampuan diri berarti mengidentifikasi seberapa besar kesanggupan dan kekuatan yang dimiliki untuk dapat menguasai bidang ilmu tertentu. Menurut saya, mengidentifikasi kemampuan diri adalah hal terpenting yang harus dilakukan sebelum memilih sebuah jurusan. Lewat identifikasi, kita akan tahu di mana kemampuan kita yang sebenarnya dan dapat lebih mudah memilih jurusan yang tepat.

Proses identifikasi yang paling mudah dilakukan adalah dengan melihat nilai rapor. Pelajaran manakah yang mendapat nilai bagus dan manakah yang jelek. Tapi, saya pribadi tidak sepenuhnya percaya pada rapor karena ada beberapa pelajaran yang nilainya 11-12 sehingga membingungkan saya untuk memilih di mana letak kemampuan saya yang sebenarnya. Saya mendapatkan tips mengidentifikasi kemampuan diri lewat kakak saya yaitu dengan melakukan refleksi diri. Artinya membuka kesadaran diri untuk benar-benar melihat di manakah kekurangan dan kelebihan dari kemampuan itu sebenarnya.

Kakak saya pernah bilang kalau cara termudah untuk mengidentiikasi kemampuan diri adalah dengan  memilah kemampuan itu menjadi 5 macam, yaitu kemampuan menghitung, menghafal, semi menghitung-menghafal, komunikasi, dan seni. Misalnya, hasil identifikasi membuktikan bahwa kemampuan berhitung kita rendah. Maka, segeralah mengeliminasi jurusan yang banyak menghitung seperti matematika, teknik sipil, dan akuntasi. Hasil identifikasi selanjutnya diketahui bahwa kemampuan komunikasi rendah. Maka, eliminasilah jurusan seperti HI (Hubungan Internasional),  Ilmu Komunikasi, BK, dan Psikologi. Kemudian, hasil identifikasi terakhir ketahuan bahwa  kemampuan seni kita ternyata tinggi. Maka, segeralah memberikan tanda centang untuk jurusan yang berhubungan dengan seni seperti desain grafis, seni rupa, DKV, sastra, dan musik.

Mengidentifikasi kemampuan diri ini akan sangat berguna untuk mendukung kita dalam menguasai jurusan yang dipilih. Dengan bekal kemampuan yang ada, kita akan lebih mudah menguasi mata kuliah dan pengetahuan yang berkaitan dengan itu. Jangan sampai kita ngoyo (bhs Jawa: memaksakan diri) karena tidak mampu. Sikap seperti itu hanya akan mendorong kita menjadi “ekor” dari orang-orang yang memang mampu di bidang itu.

B.Memilah kemampuan diri berdasarkan bakat dan minat

Usai melakukan identifikasi, kita dapat mengetahui kemampuan diri kita secara umum. Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah memilalh kemampuan diri berdasarkan bakat dan minat. Menurut KBBI, bakat adalah dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir. Sedangkan minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Kedua hal tersebut berpengaruh besar ketika ingin memilih jurusan. Menekuni jurusan sesuai bakat tanpa disertai minat bisa dipastikan hasilnya tidak akan maksimal. Begitu juga sebaliknya. Ada kalanya kita dihadapkan pada perbedaan bakat dan minat. Misalnya, hasil identifikasi kemampuan diri menunjukkan bahwa kemampuan kita ada di bidang seni. Ternyata, bakat kita adalah desain yang dibuktikan dengan adanya desain-desain luar biasa yang mampu diciptakan. Namun, kita lebih berminat pada musik. Pada titik ini, kita dapat memilih untuk memperdalam bakat atau menuruti minat. Yang terpenting adalah, kita benar-benar mempertimbangkan kelebihan, kekurangan, serta resikonya. C.Pertimbangkan akreditasi lembaga (kampus) dan program studi Akreditasi merupakan bukti otentik dari kualitas penyelenggaraan pendidikan di sebuah kampus. Ada dua jenis akreditasi yaitu akreditasi lembaga (kampus) dan akreditasi program studi. Akreditasi ini terbagi menjadi beberapa nilai yaitu A (sangat baik), B (baik), C (cukup), dan NK (kurang). Berdasarkan Buku 5-Pedoman Penilaian Instrumen Akreditasi Sarjana (Versi 23 Juli 2010) dalam ban-pt.kemdiknas.go.id, aspek penilaian dari akreditasi program studi sarjana antara lain

1.Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaiannya

2.Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan penjaminan mutu

3.Mahasiswa dan lulusan

4.Sumber daya manusia

5.Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik

6.Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi

7.Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama

Dalam memilih jurusan, hal terpenting yang harus dilakukan adalah melihat nilai akreditasi program studi. Semakin bagus nilainya, semakin bagus pula kualitas pendidikan di program tersebut. Misalnya, kita ingin masuk di jurusan bahasa inggris. Kemudian kita bingung menentukan untuk masuk bahasa inggris di UM (Universitas Negeri Malang) atau UNESA (Universitas Negeri Surabaya). Nah, kita bisa melihat nilai akreditasinya dengan membuka laman ban-pt.kemdiknas.go.id/direktori.php.

[caption id="attachment_228284" align="aligncenter" width="738" caption="Akreditasi Prodi Pend.Bahasa Inggris UM"]

13613645661246012391
13613645661246012391
[/caption] [caption id="attachment_228286" align="aligncenter" width="655" caption="Akreditasi Prodi Pend. Bahasa Inggris Unesa"]
1361364824611438138
1361364824611438138
[/caption] Perlu diingat bahwa tidak semua program studi dalam kampus yang terakreditasi A memiliki akreditas A juga. Program studi memiliki aturan akreditasi sendiri. Jadi, jangan lupa mengecek akreditasi program studi atau jurusan sebelum memilihnya. D.Pertimbangkan biaya kuliah dan kondisi keuangan orang tua Saya yakin bahwa semua orang ingin kuliah di kampus yang luar biasa. Namun, ada kalanya  kuliah di kampus semacam itu membutuhkan uang yang sangat banyak.  Liat saja, berapa uang yang dikeluarkan untuk  biaya semester, uang saku, biaya sewa kos, biaya transportasi, dan biaya kuliah. Meskipun kata bijak bahwa ketiadaa uang tak boleh menghalangi seseorang untuk mendapatkan pendidikan, ada baiknya kalau pengeluaran tersebut menjadi pertimbangan untuk menentukan jurusan dan kampus mana yang akan dipilih. Sebaiknya, masalah keuangan turut dibicarakan dengan orang tua ketika bermaksud memilih jurusan di kampus tertentu. Jangan memaksakan diri untuk kuliah di kampus yang membutuhkan banyak uang kalau memang tidak ada dana sebanyak itu. Beasiswa mungkin ada, namun kita harus pertimbangkan pula seberapa besar peluangnya. E. Aktif mencari informasi di official website kampus dan pameran pendidikan (Open Campus)

Saat ini, hampir semua kampus memiliki official website. Website itu menyediakan berbagai informasi tentang jurusan, biaya, fasilitas, dan lain-lain. Beritanya pun update sehingga informasi baru dapat tersebar dengan cepat. Ada baiknya kalau kita sering membuka website tersebut untuk mengakses informasi terkini. Selain itu, kita juga bisa menanyakan beberapa hal lewat fitur komentar yang biasanya juga tersedia di setiap berita.

Selain lewat website, kita juga perlu aktif mencari informasi di pameran pendidikan (Open Campus). Sekolah saya yang dulu pun mengadakan kegiatan semacam itu. Open Campus ini berisi stan-stan dari berbagai kampus. Setiap stan menyediakan pamflet, CD, booklet, dan media informasi lainnya. Nah, kita bisa langsung bertanya jawab dengan petugas bila ada hal-hal yang mengganjal.

Dengan aktif mencari informasi semacam ini, tentu saja akan semakin memudahkan kita untuk menentukan jurusan yang tepat.

F. Jangan lupa, berdiskusi  dengan orang lain yaitu orang tua, saudara, sahabat, dan orang yang lebih berpengalaman (alumni jurusan) untuk mendapatkan saran yang baik. Mendengarkan itu penting sebelum bertindak. Hal ini perlu dilakukan sebelum memilih jurusan. Ada baiknya kalau kita meminta saran dan nasihat dari orang lain. Kita bisa sharing dengan mereka yang memiliki pengalaman atau informasi yang bisa kita gunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih jurusan yang tepat. Yang paling penting adalah sering berkonsultasi dengan orang tua untuk mendapatkan restu menjalankan kuliah.

G. Berdoa agar bisa masuk di jurusan yang tepat dan diinginkan

Hidup tak semulus jalan tol. Inilah yang seringkali melanda kita, manusia biasa. Terutama ketika dihadapkan pada sebuah pilihan yang besar. Barangkali, kita sudah yakin memilih dan berharap untuk bisa masuk dengan lancar di jurusan X dengan semua pertimbangan. Tapi entah kenapa mulai jalur PMDK, SNMPTN sampai Jalur mandiri 1-5 tetap tidak lolos juga.

Oleh karena itu, patutnya kita berdoa dengan setulus hati pada Tuhan agar memudahkan jalan kita untuk masuk di jurusan yang kita pilih. Namun, jika ternyata tidak lolos, patutlah kita bersabar karena jalan yang dipilihkan Tuhan selalu lebih indah dari yang kita bayangkan.

"Galau ketika memilih jurusan itu wajar. Namun, pada dasarnya jurusan apa saja oke. Yang terpenting adalah menekuni jurusan yang dipilih dengan sekuat tenaga agar menjadi orang yang benar-benar ahli di bidang itu. Semoga berhasil memilih jurusan yang tepat  ^_^"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun