Mohon tunggu...
Beni Sutanto
Beni Sutanto Mohon Tunggu... Relawan - Tertarik pada sejarah,sastra,seni dan budaya. Belajar mengalami dan belajar menulis

Tidak banyak cerita tentang saya, kalau hidup hanya sekali sudah itu mati maka saya memilih hidup tidak hanya sebagai satu orang.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pencarian Makna Hidup melalui "A Confession" Leo Tolstoy

1 April 2023   21:50 Diperbarui: 9 April 2023   22:19 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
A Confession versi Internasional diterbitkan oleh Penguin Classicssumber gambar : dokumen pribadi 

Dari sekian banyak karya Leo Tolstoy bisa dikatakan A Confession (sebuah pengakuan) adalah puncak dari karyanya, buku ini menggambarkan bagaimana dalam abad terakhir, mayoritas di dunia semakin materialistis, dan itu tidak dapat disebarkan dan  dipercaya mendekati pengetahuan.

Apa yang dituangkan Leo Tolstoy dalam buku ini adalah pencarian yang sulit dari sisi seseorang yang telah mencapai ketidakmungkinan hidup, terhentinya kehidupan dan perlunya mencari akar hidup sebenarnya. Sebuah pengembaraan batin tentang filosofi dan religi yang berujung pada keinginan tulus untuk mencapai "kesempurnaan moral".

Tolstoy mengalami krisis usia pertengahan dimana ia sempat depresi akibat dari kelakuannya sendiri di masa muda yang kemudian menyeretnya ke ambang bunuh diri, dari pergolakan itulah Tolstoy menuangkan apa yang ia alami ke dalam buku ini. 

Salah satu ungkapan yang paling getir,kelam dan sadis namun begitu dalam maknanya "Tak ada yang mencegah pengingkaran terhadap hidup dengan cara bunuh diri,maka bunuhlah dirimu dan kau tak akan membahasnya jika hidup tak menyenangkanmu bunuhlah dirimu karena kau hidup tapi tak bisa memahami makna kehidupan maka kau mengakhirinya. Jangan mengelabuhi hidup dengan mengatakan yang tak kau pahami, kau telah sampai ke kumpulan yang baik dimana orang-orang puas dan tahu apa yang mereka lakukan jika kau menganggapnya menjemukan dan menjijikan jauhilah, siapakah kita yang yakin akan kebutuhan untuk bunuh diri tapi tak memustuskan untuk melakukannya kita adalah manusia yang paling lemah paling tak konsisten dan yang paling bodoh, karena kearifan kita betapapun mungkin tak bisa diragukan tidak memberi kita pengetahuan akan makna kehidupan kita tapi semua orang yang meneruskan hidup jutaan dari mereka tak meragukan makna kehidupan".

Renungan ini begitu hitam dan pesimistis, namun ini adalah kejujuran dari Tolstoy ketika ia merasa tersesat dalam pencarian makna kehidupan, dibaliknya ada satu pemikiran yang amat dalam tentang makna hidup tak hanya renungan ia membangun gagasannya sendiri dan membandingkan pemikirannya dengan filsuf-filsuf lain seperti Schopenhauer, Immanuel Kant dan Frederich Nietzche. 

Lebih lanjut Tolstoy juga mengungkapkan pemikiran terhadap aspek sosial dan religi, Orthodox yang menjadi agama terbesar di Russia dan keyakinan yang ia anut sendiri pun tak luput dari kritiknya meskipun ia tidak mau bertikai dengan Gereja Orhodox,para imam dan pemeluknya ia mengkritik keyakinan tradisional terhadap Tuhan. 

Tolstoy tidak dapat menerima keyakinan mereka, sebab baginya apa yang dijelaskan oleh imam semua tradisi dan doktrin yang diberikan tak mempertebal pengetahuan tentang makna hidup tapi justru malah mengaburkannya, semakin jelas doktrin yang diberkan imam Orthodox kepanya makin jelas pula kesalahan dan semakin ia mendalaminya keyakinan mereka maka sia-sia tidak ada yang ia dapat. 

Tolstoy bukan jijik pada doktrin yang mereka jelaskan yang menurutnya mencampurkan hal-hal manusiawi yang tak perlu dan tak masuk akal ia yakin bahwa hidup orang-orang itu ternyata sama seperti hidupnya hanya , yang membedakan bahwa hidup yang dijalani para imam tak sesuai dengan prinsip dan ajaran yang mereka paparkan dalam Tolstoy merasa bahwa mereka menipu diri sendiri dan mereka sama seperti dirinya tak menemukan makna kehidupan dan hanya menjalaninya sampai datang waktunya  untuk mati. 

Hal yang Tolstoy harapkan dari mereka adalah sebuah penjelasan tentang makna yang dapat menghancurkan ketakutan akan kehilangan penderitaan dan kematian ia percaya bahwa Apabila mereka menemukanmakna itu mereka tidak akan takut pada semua hal itu namun kenyataannya mereka memiliki ketakutan yang sama sama seperti dirinya.

Krisis itu membawanya pada sebuah fase  kehidupan anti kepercayaan kendati ia masih mempercayai keberadaan Tuhan. " Aku tak bisa memikirkan tahun-tahun itu tanpa kengerian, kemuakan sekaligus kepiluan. Aku telah membunuh banyak lelaki dalam perang dan menantang banyak lelaki berduel untuk membunuh mereka. Aku kalah dalam permainan kartu, memeras tenaga petani, menjatuhkan mereka ke dalam hukuman, hidup bebas dan menipu orang. Berdusta, merampok, berzina, mabuk-mabukan,membunuh dan lainnya-tidak satupunb kejahatan yang tak kulakukan. Terhadap semua itu, orang-orangbmemuji perilakuku dan mereka yang sezamanku dianggap dan menganggapku sebagai orang yang termasuk bermoral. Begitulah aku hidup selama 10 tahun."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun