Bedak tebal gincu merona sedikit sapuan merah pipi cukup menambah semangat Mbok Nah hari ini untuk pergi ke sebuah hotel, katanya ada pertemuan kader penggerak emak-emak tingkat kota.
Sekali cekrek, dan kirim ke story dengan senyum mengembang dan caption yang bikin tahan tawa cucunya, 'siap menerima serangan' dan tancap gas metiknya terbang ke lokasi yang berjarak 3000 meter dari rumahnya.
Sepi, ah ternyata mbok Nah terlalu rajin, ia datang kepagian, saking semangatnya atau takut terjebak kemacetan di perempatan. Sekian menit kemudian para sejawat berdatangan, senyum sapa, tawa direnyah-renyahkan dan cipika-cipiki adalah tradisi mereka bak sosialita atau sudah menjadi budaya akrabnesia.
"Hai, Jeng Neli! Aduh makin segar aja, kita foto dulu yuk sebelum acara dimulai."Â
Bukan hanya Mbok Nah yang bertingkah demikian, hampir setengah peserta yang hadir juga asik berpose dan tayang di story masing-masing.
Para peserta segera memasuki ruang yang sudah disiapkan dan mengambil posisi duduk sesuai kecamatan masing-masing. Acara  dibuat santai tapi serius, pemberdayaan ibu-ibu hebat bagi generasi penerus bangsa.
Sekian jam ke depan Mbok Nah sudah merasa cekit-cekit pinggangnya padahal acara belum selesai. Obat linu, obat masuk angin lupa dibawa, ini sungguh sedikit menyiksa. Sebentar-sebentar ia bersendawa, dinginnya AC dalam ruangan membuat semakin tidak nyaman (ya biasanya cukup dengan angin semilir dari jendela).
Sesekali cucunya menelpon untuk meyakinkan Mbok Nah tidak menghadapi masalah serius. Maklum nenek 60 tahun ini harus dijaga baik-baik.
Materi pemantapan penambah pengetahuan kader penggerak ibu-ibu hebat semakin hangat dan tidak terasa dinginnya ruangan manakala MC menyebutkan tiap peserta yang hadir akan mendapat tanda terima kasih dari sponsor acara. Mbok Nah yang tadinya resah menjadi bersemangat, kantuk hilang linu pun amblas.Â
Acara berjalan dengan lancar, ditutup ucapan terima kasih dan jangan lupa di pesta rakyat nanti.
