Apa yang membuat senang ketika masuk di bulan Agustus? Pasti jawabannya adalah lomba-lomba, jalan sehat, karnaval, pentas seni. Serunya menyemarakkan HUT ke-78 RI begitu terasa di tahun ini setelah ada pembatasan gerak dan kegiatan beberapa tahun lalu akibat pandemi.
Lomba-lomba selalu diadakan baik di lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan maupun di lingkungan rukun tetangga. Diantara perlombaan yang makin kreatif masih ada yang mengabadikan lomba makan kerupuk, lomba yamg satu ini tak lekang oleh waktu, selalu ada. Lucu dan seru serta gemas melihat peserta yang kocak  ada yang satset menghabiskan ada yang kesulitan.
Hampir setiap daerah mengadakan karnaval dari tingkat RT sampai RW. Saya pun ingin melihat ketika ada informasi karnaval di desa sebelah. Yang harus dipikirkan ketika akan menonton karnaval adalah menemukan tempat yang aman dan nyaman, baik untuk saat melihat arakan maupun parkir motor. Karena saya tidak mau ribet desak-desakan (padahal itu pasti ya).
Dengan niat ingin melihat Hanoman meluncurlah saya ke lokasi yang akan dilewati arak-arakan peserta karnaval. Saya pilih ke kelurhan saja karena tempat parkir luas di area itu. Tiga puluh menit menunggu akhirnya yang ditunggu lewat juga. Tema karnaval adalah gunungan dengan jumlah peserta tiap RT 50 orang, tampak iring-iringan banyak dan panjang.
Menyelusup diantara penonton yang sudah berbaris dipinngir jalan adalah bukan hal yang mudah, kecepit, kesenggol itu pasti, dan sampailah di sisi panggung Pak Lurah, masih ada ruang yang nyaman untuk jeprat-jepret dan menikmati karnaval. Jadi ingat jaman kecil saat menjadi peserta karnaval, senang melihat penonton yang banyak di pinggir jalan, hehe.Â
Tapi tak senang melihat kemacetan yang ditimbulkan. Mungkin sekarang sudah dialihkan di dalam kampung karnaval di desa keelahiran saya, karena jalan protokol makin banyak volume kendaraannya juga tidak aman lagi.
Kadang kita tidak menilai bagaimana tampilan peserta asal bisa melihat dan terhibur sudah puas dan senang, saya suka bila musik yang digunakan adalah musik daerah sesuai dengan tema dari pada menggunakan dangdut koplo. Karena tema gunungan, saya ini memang penonton yang rewel..
Omong-omong biarlah apa kata jurinya saya kan cuma penonton saja. Usia peserta berbeda-beda, ada yang dari anak TK sampai kakek nenek diajak, ada yang hanya kaum muda saja. Semua berusaha tampil menarik dan maksimal. Peserta karnaval akan berhenti di depan panggung untuk melakukan penghormatan dan atraksi selama lima menit. Berarti saya tidak salah memilih tempat untuk menyaksikan.
Karena tema gunungan rata-rata kostum peserta adalah petani dan ada hasil bumi yang dibentuk gunungan Karnaval tingkat RT (satu RW) begini saja sudah meriah apa lagi nanti tanggal 3 September ada di desa tetangga lainnya akan mengadakan karnaval sekelurahan.
Yang pasti harus diinformasikan pada masyarakat luas agar kendaraan yang akan lewat tidak terjebak kemacetan. Karena jalan kampung saat ini sudah  ramai, banyak kendaraan bermotor yang lewat.