Lihat bukit yang dulu sering kita singgahi
dimana lagu musim semi mengiring serta kunang-kunang ikut menari
Kerlap-kerlip di antara sunyi
Dan kau berteriak pada angin tentang luka yang tak kunjung sirna
Seolah ingin menyulap dunia dan meremas janji-janji hampa
Inilah kelakar nyata
Lihat lautan yang biru membentang, sesaat kita saling bertarung kata
Menusuk dan menghujam dada
berdarah di ujung tanya
Kamu mulai tertawa
Memperlihatkan barisan gigi yang mulai sedikit menguning terbakar asap tembakau yang selalu kau selipkan di bibir
Kita memang pandir
lupa untuk berpikir bahwa semua yang ada ternyata saling melintir
Padahal hidup hanya sekejap dan bertegur sapa pun singkat
Harusnya dunia itu sederhana
tapi mereka sering membuat menjadi rumit dan entah mengapa
Begitu juga dengan kita dan cinta
tanpa disadari ego telah merubah sedemikian rupa
Apakah kau tahu puisi ini?
Senja, 6 Juli 2023
swarnahati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H