Dear, detak jarum jam yang terus berputar
Semoga setiap tik-tak mu adalah doa
Aku tak tahu di detik berapa kita akan merasa sedih, dan di detak berapa akan gembira
Kita hanya bisa memandang mereka bagaikan rimbunnya dedaunan di atas pohon
Hempasan angin yang menerpa, bagaikan senda gurau di antara pancaran mentari penyejuk hari
Mungkin kita hanya bagian yang tak berarti
Mencoba menelisik sunyi
Dan akan membiarkan pergi
Cukup memandang dari tepian kata yang masih tersembunyi
Dear jarum waktu yang tak pernah berhenti,
Tak ada yang harus disesali, tak ada yang harus dicegah agar datang atau pergi
Kini takkan sendiri, takkan sepi
Meski hanya suara detakmu yang menemani
Ruang Puisi, 22 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H