Hari ini aku datang lagi ke rumahmu
Mengetuk perlahan pintu yang tak terkunci
Kulihat ada cahaya redup di ruang tamu
Sebuah lentera yang kacanya mulai buram, sendiri di dekat jendela
Tampak bendera merah putih kecil yang kita beli dari seorang bocah di simpang lima beberapa tahun lalu, masiih kau pajang di atas nakas tua
Aku berharap kau ada dan bisa menjawab tanyaku tentang satu kata, sebelum senja tenggelam di balik cakrawala
Kamu menuliskan kata tentang merdeka, Â sedang aku masih berimajinasi bagaimana rasa merdeka
Mereka menulis kata merdeka di penjuru langit, sedang kita
menikmati aromanya saja sambil menahan sakit
Sebenarnya, Â merdeka itu bagaimana?
Apakah merdeka itu ketika jemari menari di atas tombol-tombol gawai, sambil bersandar dan santai  Â
Atau saat telunjuk bisa menuding ke sana kemari?
Atau barangkali merdeka itu bebas membuat luka, tak peduli kepada siapa