Akhir-akhir ini ada tokoh wanita yang sedang naik daun, awalnya saya juga tidak tahu karena tokoh itu tidak muncul di TV swasta atau saya yang kurang jauh mainnya.
Malah tahu dari beberapa obrolan teman di grup WA dan tidak sengaja melihat nama Bu Tejo di media sosial. Owalah ternyata sebuah film pendek yang mengisahkan kehidupan sehari-hari di sekitar kita beserta kerempongannya.
Setelah melihat cuplikan-cuplikan film pendek Tilik dengan pemeran unik 'Bu Tejo', jadi teringat sinetron di jaman TVRI yang dihiasi dengan tokoh ibu-ibu julit seperti bu Tejo ini.
Pasti yang sepantaran saya ke atas alias legen masih hafal dengan keberadaan Bu Subangun atau Bu Renggo yang menggemaskan. Wanita yang berada di garis terdepan dalam menggoreng kejadian yang ada disekitarnya alias bergosip. Walau salah tidak mau mengakui, ngotot sebagai yang paling benar saja.
Sebenarnya banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sikap para ibu-ibu julit itu, yaitu yang lain harus membangun kesabaran menghadapi kejulitan model begitu. Apa pun memang bisa diolah oleh pakar julit, masalah biasa jadi luar biasa.
Awalnya merasa itu hanya sinetron eh ternyata ada juga di kanan kiri kita. Namanya orkuker menurut saya yaitu orang kurang kerjaan, suka membahahas hal yang tidak penting.
Cerita kemarin nih, si bungsu susah diberi nasehat, karena sedang asik melihat film kartun. Memang menasehati harus dalam kondisi santai tidak fokus pada sesuatu. Anak ini senang membicarakan sesuatu yang tidak penting alias mengulang kata-kata orang lain tapi dengan sinonimnya. Saya hanya merasa ini nanti akan jadi kebiasaan, bahaya.
Ndilalah ada TV swasta lokal yang menyajikan nasehat-nasehat, seorang pemuka suatu agama yang menjelaskan dan berpesan tentang berbicara, beliau berucap agar berhati-hati dalam berbicara dan hanya membicarakan yang penting-penting saja, bukan yang penting berbicara.
Ternyata tayangan itu dia ingat padahal hanya tayang beberapa menit. Ketika kami sedang melakukan aktivitas lain dia nyeletuk mengulangi ucapan pemuka agama di TV itu. Akhirnya saat dia lupa, maka saya akan mengingatkan dengan nasehat itu.
Sederhana, tapi mengena. Mungkin 'Bu Tejo' dan jajarannya perlu nasehat dari sebuah media. Tapi dunia tidak seru bila tidak ada sosok seperti Bu Tejo ini. Apalagi saat genting seperti sekarang dimana pandemi belum berlalu di wilayah +62 ini, para Bu Tejo bermunculan, mereka memang bagian dari pewarna kisah. Tinggal bagaimana kita menyikapi model Bu Tejo dengan bijak.
Malang, 03092020