Sejak tadi, hujan tak jua menepi. Bergemuruh di antara jeritan langit yang tak lagi sepi. Bagaikan ucapan salam hangat, untuk pesta kedatangan yang menyimpan nikmat.
Derainya mengurungku dalam sunyi, bersama waktu yang menunggu di beranda kisah.
Hanya manik mata yang menatap keluar jendela kaca, melepas airmata yang terlerai dalam tebalnya embun senja.
Tak lagi ada sesiapa di luar sana. Hanya gema percikan hujan yang tersisa. Perlahan menyusup pada liang-liang tanah yang merekah. Atau hanyut mengikuti aliran luka yang tak berdarah.
Hujan tak pernah menepi. Hingga malam menemaniku bertahan menjumpai pagi. Untuk menjemur sehelai hati di bilik mentari.
teras puber, Â November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H