Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Percikan Hujan yang Tersisa

12 November 2019   15:25 Diperbarui: 12 November 2019   15:40 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak tadi, hujan tak jua menepi. Bergemuruh di antara jeritan langit yang tak lagi sepi. Bagaikan ucapan salam hangat, untuk pesta kedatangan yang menyimpan nikmat.

Derainya mengurungku dalam sunyi, bersama waktu yang menunggu di beranda kisah.
Hanya manik mata yang menatap keluar jendela kaca, melepas airmata yang terlerai dalam tebalnya embun senja.

Tak lagi ada sesiapa di luar sana. Hanya gema percikan hujan yang tersisa. Perlahan menyusup pada liang-liang tanah yang merekah. Atau hanyut mengikuti aliran luka yang tak berdarah.

Hujan tak pernah menepi. Hingga malam menemaniku bertahan menjumpai pagi. Untuk menjemur sehelai hati di bilik mentari.

teras puber,  November 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun