Aku melihat seorang anak yang sedang menggunakan sebuah alat komunikasi berbentuk jam tangan, aku perharikan seperti sedang berbicara dengan mendekatkan pergelangan tangannya ke mulut.
"Umi, aku sudah pulang ngajinya, dijemput ya, aku tunggu. Da daaa."
Eh begitu ya penggunaan alat itu yang aku lihat iklannya di televisi. Bermanfaat juga ya untuk anak-anak, tidak perlu bawa hp yang ukurannya lebih besar.
Jaman memang semakin maju, masyarakat dimanjakan dengan fasilitas komunikasi yang cepat, bisa jadi dua puluh tahun ke depan, kita tak lagi memakai alat besar untuk komunikasi, bisa saja sebesar bola bekel dan bisa muncul gologram orang yang diajak bicara.
Kebutuhan akan teknologi sangat penting untuk membantu aktivitas seseorang. Jangankan yang bermobil, tukang sayur keliling pun sudah memegang ponsel pintar, tak perduli merk dan kualitas, yang penting ada jaringan.
Saya hanya menelan ludah manakalah melihat benerapa anak sudah mempunyai ponsel pintar. Entah mendapat hadiah arau pemberian orang atau membeli sendiri.
Komputer, dan gagdet memang sangat perlu setidaknya harus ada karena tidak hanya untuk komunikasi tetapi juga bisa untuk mengerjakan tugas sekolah bagi anak-anak. Mereka belum kami beri kesempatan untuk megang ponsel, kami masih takut mereka salah dalam menggunakannya. Sementara mereka bertanya tentang PR nya, kami carikan jawaban melalui ponsel kami.
Hanya sebuah komputer lama dangan monitor tabung yang masih sering macet-macet dan hang yang kami sediakan, untuk mereka belajar mengetik pada keyboard, membuat tulisan-tulisan atau hanya sekedar bermain game puzzle yang jadul.
Kami memberikan pengertian pula pada anak-anak bahwa gagdet akan membawa bencana bila salah menggunakannya. Agar mereka tak minder dengan temannya yang sudah punya, saya hanya mengatakan, suatu saat kalian boleh punya hp pintar.
Malang, 06.08.2019
swarnahati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H