sandiwaramu
ketika kau bilang aku egois
ya, begitu lah adanya
saat kau ucap aku serakah
memang, aku ingin lebih
dan kau katakan aku tak pernah memuji dengan segala kejahatan padaku
aku sampaikan padamu,
semua ada dibenakku segala yang takjub tentangmu
namun jemariku keluh tak mampu menulis kata indah untukmu karena aku cemburu
akan ku kembangkan sayap, meski dalam senyap
kan terbang ke angkasa kusampaikan pada birunya mega
Mana yang layak kubawa pulang yang mampu membuat hatiku tenang
kau bilang menuruti kata-kataku
kau bilang sudah berlalu
kau bilang tak ada yang mengganggu
tapi sepertinya semua itu palsu
gemakan pada dunia
pertengkaran kata hanya topeng belaka, agar selalu bersamanya
bagai aktor-aktor ternama mengukir pada media
hingga anak cucu nanti masih bisa membaca
berlagak membuat karya amarah padanya
ha ha! sebuah tipuan belaka, sebenarnya dia ada dalam coretanmu bagai permata, kau abadikan disana kau sembunyikan dibalik kata-kata serapah
agar peradaban tak bisa membaca
rupanya kau tak tahu bahwa aku bisa mengeja
bila kau ingin menghindar atau menjauh darinya
harusnya diam, tak hiraukan lalu lalangnya
bukan digubris hingga terus njerijis
sepertinya hening lebih baik bagiku
aku harus berlalu, dari layar terkembang sandiwaramu kan kucari melodi merdu pada lembayung sendu
Tak kan kureguk pilu
Saturday night, 06 Juni 2019
swarnahati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H