Masih Ada Pintu pada Bulan Terindah
Aku bukan malaikat
Hanya manusia biasa
Yang terkadang aroma iblis mengintai
Siap menguasai
Aku tak tahu lagi
Aku membisu
Aku jemu
Sudah tinggalkan saja diriku
Aku ingin bernapas sejenak
Dalam gerak semesta yang menjanjikan
Kemesraan memujaNya
Biar aku terlena diujung malam
Jangan usik, atau ikutlah di sini, kita berbagi sajadah
Merenungkan segala hiruk pikuk dalam dada
Menguras segala keresahan yang menyumbat relung jiwa
Pada lingkaran waktu yang tak pernah berhenti berputar
Kita kaitkan gemerincing harap yang tak berkesudahan
Pada malam yang tak ada angin berhembus
Binatang malampun sunyi tak berisik
Bulan seolah sembunyi pada gelap malam
Dan bintang bertasbih dalam kerlipnya
Mendekap kasih maha cinta
Menganyam asa yang tlah terkoyak moyak
Mampu hadapi lelah dan nestapa yang menggelombang menghantam
Sirami sukma dengan bening kepasrahan dan keikhlasan
Serahkan segala penantian dan kerinduan
Bersimpu mengharap padaNya
Saat pintu langit terbuka
Menengadah dalam rangkaian aksara patah
Kita berserah
Sirami hati pada bulan terindah dari seribu bulan
Swarnahati, Malang, 29052019
(Membalas puisi Kurenangi Maaf tak Berpintu; Zaldy Chan)