Jangan pandang aku sebelah mata
Aku hanya jelaga pada kuali emas yang disebut dunia
Aku tak ingin hina terjadi padaku
Saat di teras singgah sana Tuan dan Nyonya meramu harga pangan
Aku tak tahu esok apa masih ada yang bisa ku telan
Ketika ibu-ibu membicarakan harga sembako melambung tinggi
Aku tak tahu apakah nyawaku esok masih melekat atau sudah melayang pergi
Mengapa hanya itu yang mereka bicarakan
Semahal apapun mereka masih kuat membeli
Yang dimakanpun masih bergizi
Mereka takkan tahu di sini aku mengais sisa makan tadi pagi dari para pesolek dan petinggi.
Aku yang sudah hina ini masih juga menjadi gunjingan bahwa aku mengotori
Aku tidak mencuri, Tuan
Aku hanya menanti sisa belas kasihan semata, Nyonya
Kami belum punya ceria ketika Ramadan usai nanti dan takbir dikumandangkan berhias kembang api
Tapi Tuan dan Nyonya tlah menyimpan kue terlezat dan baju terindah
Apa yang kalian miliki hanya titipan, ada hak kami yang tanpa Tuan dan Nyonya sadari
Jangan merasa rukuk dan sujud diterima bila masih banyak yang menjerit menyayat hingga suara kami menembus langit.
Andai kita bisa bertukar takdir.
Marirenungi, 14052019
Swarnahati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H