Sedang beberapa tahun lalu ada himbauan dari pemerintah untuk memberikan pendidikan pada anak usia dini dibawah naungan P** bla bla bla. Anda tahu keluhan teman-teman saat ngobrol di jam istirahat? Mereka bisa meluahkan uneg-uneg pada saya tentang upah dan mengajar. Ha ha pening kawan, hla bagaimana saya? Suami bukan PNS bukan pengusaha cuma orang biasa yang suka sarungan, cekidot.
Saya hanya berharap, bijaksanalah para petinggi yang mengurusi insentif kami, bila kami dituntut begini begitu dalam mengajar apalagi menghadapi usia balita, maka sekiranya ada yang bisa kami terima dari apa yang sudah kami upayakan. Robotpun tanpa energi juga tak bisa bergerak, apalagi kami yang manusia.
Lalu apa setelah saya menulis ini upah akan naik? Insentif bertambah sesuai jumlah pengajarnya? Ha ha berhayal, masih bisa bernapas sudah alhamdulilah, biar Tuhan yang menghukum mereka yang tidak bijaksana, tidak bisa adil dan ingkar janji.
Melihat ke bawah saja mereka yang di pelosok yang punya semangat tinggi meski susah payah menuju tempat mengajar, melewati bukit, menyeberang sungai berbagai jalan berbahaya harus dilalui untuk menyampaikan ilmu. Sekiranya merekalah yang lebih layak diperhatikan kesejahteraannya. Semoga ke depan ada secercah harapan bagi semua pengajar honorer di Indonesia.
Tetap didik mereka dengan hati nurani penuh kasih sayang, mereka generasi penerus negri ini. Ada peran kita ikut membentuk masa depan mereka.
Semoga Indonesia bisa mencapai seperti cuplikan lagu ini
"Adil makmur sejahtera merata bahagia."
Untuk Hardiknas, 03.05.2019
Swarnahati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H