Saya masih berusaha menyimak kata demi kata yang terbata-bata di ujung sana....
"Akang, Mbak....Akang....hiks...hiks..."
Suaranya masih terputus-putus. Tercekat di tenggorokan.
"Tarik nafas panjang ya...Nggak papa, pelan-pelan aja ngomongnya", aku berusaha menenangkan sahabatku yang masih terisak-isak di ujung telepon.
Duh, ada apa dengan Akang ? Akang adalah panggilan untuk adik lelaki sahabatku. Hubungan kakak-adik yang erat antara mereka mengingatkanku pada hubunganku dengan adik lelakiku tersayang di seberang pulau. Aku dan sahabatku sudah seperti keluarga, hingga aku merasa Akang sudah seperti adikku juga.
Aku masih menunggu terusan kalimat dari sahabatku yang masih berusaha mengatur nafasnya. Tapi aku sudah tak tahan ingin tau kabar tentang Akang.
"Akang kenapa ? Dia baik-baik aja kan ?"
"Akang...mau cerai, Mbak...Huhuhu..."akhirnya tangis temanku meledak juga.
"Lhooo? Kenapa ? Kan mereka juga belum genap 2 tahun menikah ? Masih perlu penyesuaian kali...Jangan terlalu cepat mengambil keputusan" aku nyerocos tanpa bisa ditahan.
"Akang udah nggak tahan istrinya minta cerai terus. Pusing juga tiap pulang kerja berantem melulu.. Mereka sudah bolak-balik ke konsultan perkawinan. Bahkan sudah ke psikiater juga... "
"Emang masalahnya apa ? Karena belum punya anak ? Atau masalah karakter ? Tapi kan mereka pacaran cukup lama ? Aku yakin sebelum memutuskan menikah, Akang pasti sudah mempertimbangkannya. Hanya perlu waktu saja untuk saling menerima apa adanya..."