Prolog
Tahun baru 2025 bertepatan dengan hari Rabu, tentu banyak orang yang dilahirkan pada hari Rabu dengan bulan dan tahun yang berbeda. Bagaimana karakteristik orang yang lahir hari rabu menurut perhitungan Kejawen. Simaklah.
Kejawen adalah bagian dari filosofis masyarakat Jawa yang berhubungan dengan tradisi spiritual dan kepercayaan asli masyarakat Jawa yang mencakup unsur-unsur agama, filsafat, Â dan kebudayaan. Kejawen ini berakar secara historis yang panjang dan kompleks, dipengaruhi oleh beragam agama dan kepercayaan dari Hinduisme, Budhisme, Animisme, Islam, dan kepercayaan lokal.Â
Di antara literasi yang menguraikan secara mendalam mengenai perhitungan weton Kejawen adalah buku karya R. Ng. Ranggawarsita (1855), buku yang merupakan rujukan utama Weton Kejawen. Buku lainnya adalah karya K.G.P.A.A. Mangkunegara IV (1819) yakni Serat Wedhatama yang menguraikan tentang filsafat spiritualas Jawa, sedangkan buku Babad Tanah Jawi karya Ranggawarsita (1838) membahas sejarah dan kebudayaan Jawa. Pada tahun 2013 buku Perhitungan Weton Kejawen ditulis oleh Slamet Wirasonjaya yang membahas secara mendalam tata cara perhitungan Weton. Adapun Weton Kejawen Ramalan dan Perhitungan karya Suparman (2015) membahas aplikasi Weton dalam kehidupan sehari-hari. Dan yang lainnya adalah karya Dwi Cahyono (2018) Â membahas hubungan antara spiritualitas dan perhitungan Weton, Ensiklopedia Kejawen Pustaka Jaya (2012), Kamus Kejawen yang diterbitkan oleh Universitas Indonesia (2014), dan Sejarah Kejawen, Yayasan Pustaka Obor Indonesia (2016). Untuk lebih detail informasi mengenai buku yang membahas perhitungan Weton dapat dilihat pada sumber online di antaranya situs web Pustaka Imam Asy-Syafii dan Perpustakaan Digital Universitas Gadjah Mada.
Filosofi Kejawen yang Paling Utama
Menurut Bintang Padu Prakoso dan Herman Hillianto dalam artikelnya berjudul Penerapan Konsep Kejawen pada Rumah Tradisional Jawa (Jurnal Teknik Arsitektur, Vol. 5, Issue 2 Agustus 2020:166) bahwa dalam khazanah kebudayaan Jawa, orang Jawa memiliki ajaran "Sedulur Papat Lima Pancer" yang merupakan filosofi pembentuk energi manusia. Sedulur papat diartikan sebagai arah mata angin, yaitu utara, selatan, timur, dan barat, sedangkan lima pancer berarti titik yang tepat sesuai arah-arah yang tadi. Jadi, secara kontekstual pemahaman "sedulur papat lima pancer" apabila diterapkan kepada manusia sebagai individu, bahwa hidup harus berada pada titik yang tepat sesuai empat arah dalam kehidupan. Kemana menuju kehidupan, menuju arah utara atau selatan, menuju arah timur atau barat harus tetap berada di dalam titik yang tepat, istiqomah, dan tidak mencla mencle seperti kutu lompat yang hanya menginginkan kenikmatan tanpa melalui proses, perjuangan, dan pengorbanan.
Selain itu, konsep utama ajaran Kejawen sebagaimana diuraikan oleh Bintang Padu Prakoso dan Herman Hillianto ada empat konsep, yaitu:
1. Manunggaling Kawula lan Gusti, artinya menyatunya manusia dengan Tuhan;
2. Hamemayu Hayuning Bawana, artinya membuat keharmonisan hidup bersama alam;
3. Tri Hitakarana, artinya tiga prinsip kehidupan: 1) tidak melakukan kejahatan; 2) melakukan kebaikan; dan 3) mengendalikan diri.
4. Cinta Kasih yang berarti  mengembangkan kerahiman dalam kehidupan kepada sesama manusia.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!