Mohon tunggu...
Beni Sumarlin
Beni Sumarlin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Humaniora Tinggal di Tulang Bawang Provinsi Lampung

Indahnya menulis karena hobi, menginspirasi dan memberi saran kritis dan solusi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sampai Kapan Kekerasan terhadap Perempuan di Bengkulu akan Terus Terjadi?

8 Februari 2018   10:25 Diperbarui: 8 Februari 2018   10:36 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah sampai kapan kejadian kekerasan terhadap perempuan dan anak di Bengkulu bakal berakhir, seruan melawan terhadap tindakan kejahatan ini nampaknya tidak berefek sama sekali. Rasanya miris dan siapapun yang membaca berita kejadiannya akan mengatakan kata yang bermakna sama "ngeri".

Kejadian demi kejadian pasca kasus Yuyun masih saja terus terjadi. Memasuki tahun baru 2018 ini saja, belum sampai pertengahan bulan Februari, sudah ada 2 kejadian yang menggemparkan publik Bengkulu. Kasus yang membuat setiap orang tua yang memiliki anak gadis akan terguncang, hilangnya seorang gadis remaja SMA pada 1 Feburari lalu disusul dengan hilangnya seorang gadis yang belum lama lulus kuliah pada 5 Februari ini menjadi pembicaraan di media sosial warga Bengkulu.

Gadis remaja SMA yang hilang itu bernama Auziah Umi Detra (17) biasa disapa Tara, baru dua hari kemarin (7/2) beredar kabarnya telah ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa, jasadnya ditemukan dalam kondisi yang sangat mengenaskan, dari foto-foto yang beredar di medsos, tubuhnya nampak seperti sudah membusuk. Pelakunya sudah ditangkap dan ternyata pacarnya sendiri yang masih sama-sama berusia SMA. Sedangkan gadis kedua bernama Hasyumi (26), sampai saat tulisan ini ditulis belum ada kabar keberadaanya. Dua orang gadis ini warga Kota Bengkulu.

Sebelum kejadian kasus Tara dan Hasyumi tersebut, telah menjadi pembicaraan banyak orang pula peristiwa perkosaan masal yang terjadi di Bengkulu Utara terhadap seorang gadis. Kasus ini sempat menarik perhatian karena beredar surat pernyataan dari LPA Provinsi Bengkulu berkenaan kasus ini. Selain itu pada 20 Januari 2018 lalu saya bahkan sempat membantu seorang teman menyebarkan informasi anak hilang di Bengkulu, kasus hilangnya seorang anak usia 9 tahun. 

dokpri
dokpri
Terasa sekali berita - berita bernada kejahatan bertubi-tubi memukul publik Bengkulu, menggulung segudang potensi kebaikan yang ada di daerah bergunung dan berpantai panjang ini.

Kalau kita bicara perang terhadap kejahatan ini, lantas kita berperang melawan siapa? Jika kasus yang menimpa Yuyun dan Tara ternyata pelakunya adalah remaja Bengkulu sendiri, bahkan bisa dikatakan masih kawan-kawannya, maka apakah ini perang melawan kawan sendiri?  Dengan kata lain kami warga Bengkulu melawan diri kami sendiri?

Evaluasi terus saja dilakukan tapi tak ada guna jika hanya sebatas pembicaraan, apalagi pembicaraan yang hanya menarik keuntungan, reting, pengunjung, promosi, dll. Saat muncul inisatif DPRD terhadap Raperda Perlindungan Anak dan Ketahanan Keluarga yang digagas oleh Perempuan PKS, tampak tak ada yang berminat membicarakannya. Raperda yang telah sempat dibahas pada akhir 2017 lalu sampai saat ini belum ada titik terang kelanjutannya bagaimana.

Sedangkan kejadian kekerasan terhadap perempuan dan anak masih saja terus terjadi. Kapankah kami warga Bengkulu bisa keluar dari masalah ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun