Mohon tunggu...
Beni Santoso
Beni Santoso Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran serta Fenomena sosmed dalam penyebaran HIV / AIDS

16 Juli 2015   09:23 Diperbarui: 16 Juli 2015   09:43 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Dengan semakin semaraknya gegap gempitanya dunia sosmed atau social media, maka dunia terciptalah tanpa batas (the world without boundary) . Dimana peran dari twitter, bbm, facebook maupun instagram serta yang lainnya turut menunjang hal tersebut.

Ini dimulai dalam beberapa tahun lalu dengan diperkenalnya tehnology handphone murah serta fasilitas bbm diberikan secara gratis untuk operating system android dan ios.

Seperti berita yang heboh dimana terjadi pembunuhan terhadap Tata Chubby (https://twitter.com/tataa_chubby) yang terjadi belum lama ini, salah satu fenomena twitter dalam peningkatan kasus hiv / aids semakin merebak dalam hal peningkatannya. Jika anda pernah pemakai twitter, coba searching dengan keyword “open bo” maka akan muncul banyak temuan wanita penjual jasa layanan sex dimana ada beberapa yang secara explicit menawarkan pelayanan tanpa caps (kondom). Dulu saya belum tahu apa itu open bo, ternyata itu adalah singkatan dari “booking order”. Mungkin mereka menyadari bahwa para pelanggan (calon pelanggan) lebih senang dengan penawaran yang lebih dan ada yang sampai menawarkan pelayanan oral serta anal juga. Padahal seperti yang kita ketahui,  PENULARAN AIDS HANYA BISA terjadi melalui:

  • Transfusi darah terinfeksi
  • Pecangkokan organ terinfeksi
  • Jarum suntik bekas pakai terinfeksi
  • Minum Air Susu Ibu terinfeksi
  • Janin bayi Ibu terinfeksi
  • Senggama dengan orang terinfeksi secara vaginal maupun anal.
  • Seks Oral (mulut merangsang kelamin) pengidap HIV/AIDS

Padahal hubungan sex tanpa kondom beresiko tinggi dalam penyebaran HIV kepada istri (horizontal), jika istrinya tertular maka ada resiko penularan ke anak yang dikandungnya (vertical).

Dari hal tersebut dapat kita sadari peran serta suami yang menyebarkan virus HIV kepada keluarganya. Dan jika suami sudah tertular HIV maka tidak bisa bekerja secara optimal, jika suami sakit harus dirawat dan keluarga terdekat (biasanya istri) harus merawat suami, padahal sang istri juga ada kemungkinan sudah tertular HIV melalui suaminya. Dan jika istrinya juga sakit, siapa yang harus merawat suami serta istri tersebut ? Maka yang menjadi korban adalah seluruh keluarga tersebut, termasuk anak-anaknya menjadi korban efek samping.

Jika hal itu sudah terjadi diharapkan keluarga terdekat dapat mencari info di http://www.aidsindonesia.or.id/  , sehingga dapat memperoleh bantuan maupun informasi secara lebih lengkap dan seksama.

Diharapkan juga peran serta masyarakat dalam hal ini tidak memberikan cap yang buruk terhadap orang-orang yang sudah terdeteksi mengidap HIV / AIDS. Karena seperti kata peribahasa “sudah jatuh tertimpa tangga pula”.

Akhir kata selamat bertemu di pernasaids5.org/id/home

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun