Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Soal Tuyul di Pasar NT Kompasiana

10 November 2015   23:07 Diperbarui: 11 November 2015   01:19 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kampung Kompasiana nggak ada sepi-sepinya. Ada saja cerita tentang yang menghebohkan di kampung yang berpenduduk lebih dari dua ratus ribu ini. Gempa besar yang melanda beberapa bulan lalu belum sepenuhnya pulih, kini datang lagi guncangan gempa yang lumayan membikin heboh.  Tidak terlalu mengkhawatirkan namun cukup membuat puyeng perangkat kampung.  Pasalnya sedang heboh cerita tentang Tuyul, makhluk astral yang dipercaya memiliki beberapa induk semang yang sedang meramalkan masa depan dagangannya di pasar NT Kompasiana

Tuyul  itu pandai menyundul-nyundul , katanya.  Bukan cuma sundulannya yang bikin heboh, Tuyul itu muncul polos alias masih perawan. Belum ada jejak tulisan di akunnya.  Ada juga yang sudah berjejak satu atau beberapa tulisan, dan tulisan-tulisan itu disundul-sundul oleh sesama Tuyul hingga melambung ke puncak NT dan pada akhirnya disundul-sundul lagi hingga menyangkut di Google Tren.

Akal tuyul-tuyulan ini kepergok oleh banyak warga kampung Kompasiana. Lalu ramai diteriaku: “Tuyul!”. Lucunya yang dikatain Tuyul itu balik membalas: “Mafia Vote!” Hehehe…jadi ramai,  saling sahut-sahutan. Semoga issue Tuyul ini membawa berkah bagi Kampung Kompasiana di mata Alexa.

Kenapa menjadi heboh? Pasalnya lapak di Pasar NT Kompasiana itu sangat susah didapat.  Semuanya berebut ingin cepat-cepat dapat lapak di sana, agar dapat terlihat oleh banyak pengunjung selama 12 jam masa tayang. Semakin lambat mendapat lapak maka semakin kecil kemungkinan mendapatkan Vote View dan Comment (VVC) yang banyak. Angka VVC yang besar  akan mendongkrak populeritas si penulis dan tulisannya.

Jadi inti masalahnya soal “ siapa cepat dapat lapak di pasar NT Kompasiana” mas bro,  ada pedagang yang mendapatkannya secara jujur dan ada para pedagang yang curang.  Maklum namanya juga pasar, soal jujur dan tidak jujur itu sudah umum terjadi.  Terpulang pada diri si penulis, “apa yang anda cari?” Sebuah pengakuan bahwa anda seorang penulis atau pandai menulis? Sebuah eksistensi diri yang membuat anda bangga sehingga bisa teriak seperti Si Unang: “Mak aku ada di Kompasiana”? Connecting and Sharing jadi mengalami pendangkalan makna!

Tidak bermaksud menyalahkan pihak mana pun, tulisan ini bermaksud mengatakan bahwa, aturan untuk bisa mendapat lapak di pasar NT Kompasiana punya kelemahan, berpotensi menurunkan kredibilitas para pengelola pasar.  Pasar NT di Kompasiana tak ubahnya seperti Pasar Induk yang kurang terawat.  Namanya juga pasar, kalau kurang terawat akan bertumpuk-tumpuk sampah memenuhi pasar. Kondisi lingkungan yang kurang sehat dapat menimbulkan banyak penyakit di kemudian hari. Apakah para pengelola pasar tidak capek terus menerus mengurusi soal sampah? Ada baiknya aturan dan tata tertib cara mendapatkan lapak di pasar NT Kompasiana  ditinjau ulang dan diperbaiki kelemahannya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun