Bola panas kembali bergulir. Kini persoalannya menyorot tajam kelakuan preman berdasi yang berlindung di balik kekuatan partai politik. Preman-preman berdasi di panggung politik Indonesia bukanlah suatu fenoma baru bagi republik ini. Mereka preman berdasi, mereka juga pantas dicurigai sebagai mafia yang mengambil keuntungan lebih dari proses penetapan anggaran, kebijakan ekspor impor, dan juga dalam hal menjalankan fungsi pengawasannya sebagai legislator atas kebijakan-kebijakan pemerintah di sektor pertambangan dan energi.
Ada politikus yang disinyalir sebagai anggota DPR RI yang melakukan lobi dan meminta imbalan saham perseroan ke PT. Freeport Indonesia dengan mengatas namakan Presiden dan Wakil Presiden RI. Dengan mencatut nama pucuk pimpinan Pemerintah RI ini si politikus menjanjikan ke pihak Feeport bahwa kontrak baru akan segera diberikan. Disamping meminta jatah saham senilai USD 5 Milyar, si politikus itu meminta pula jatah proyek pembangkit listrik di Timika.
Mentri ESDM Sudirman Said, orang yang pertama kali mengungkapkan adanya tindakan premanisme itu. "Seolah-olah Presiden minta saham. Wapres juga dijual namanya. Saya sudah laporkan kepada keduanya. Beliau-beliau marah karena tak mungkin mereka melakukan itu," ujar Sudirman Said seperti dikutip dalam acara Satu Meja yang ditayangkan Kompas TV dan dikutip Kompas, Selasa (10/11/2015 ). Selengkapnya silakan lihat di sinihttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/11/10/151219126/Menteri.ESDM.Ada.Politisi.Kuat.yang.Catut.Nama.Presiden.dan.Wapres.ke.Freeport.
Belum ada berita yang tegas kapan dan di mana persisnya si politikus itu bertemu dengan pihak PT. Freeport Indonesia dalam rangka membicarakan hal tersebut di atas. Kecurigaan kuat muncul hal itu terjadi di balik kunjungan Ketua DPR RI, Setya Novanto, bersama anggota delegasi DPR ke Amerika Serikat pada bulan September lalu. Pada tanggal 10/9/2015 waktu setempat, digelar pertemuan antara delegasi DPR RI dengan US-ASEAN Business Council di Washington DC. Delegasi DPR RI yang terdiri: Setya Novanto, Fadli Zon, Nurhayati Assegaf, Roem Kono, Robert Kardinal, Markus Nani bertemu dengan para pengusaha AS anggota US-ASEAN Business Council diantaranya: pimpinan perusahaan Coca Cola, Philip Morris, General Electric, dan Freeport Indonesia.
Siapa dia yang diisukan telah mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden itu? Terlalu gegabah kalau menyebutkan inisial nama atau menyebutkan nama partainya sementara kapan dan di mana persisnya terjadi pertemuan dengan pihak PT. Freeport Indonesia belum ada kejelasan beritanya. Tetapi bola panas telah terlepas, ke mana arah sesungguhnya bola tengah digiring dan dipermainkan?
Issue “Asing” kerap dijadikan bahan untuk menohok pemerintahan Jokowi – JK oleh lawan-lawan politiknya. Namun secara kasat mata kita melihat bagai mana manuver politik yang sangat ambisius ingin mengeruk harta dari sana sini, manuver dari mereka para politisi yang sering bermain-main dengan issue “Asing” tersebut. Kasus tentang “jatah preman” terkait renegoisasi kontrak dengan PT. Freeport Indonesia yang selama ini jelas-jelas banyak merugikan Indonesia, sangat mengusik rasa dan harga diri kita sebagai bangsa. Politikus “Ular Kepala Dua” julukan sangat pantas untuk kita berikan kepada preman-preman berdasi itu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H