Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Merebut Kursi DKI 1, Antara Strategi dan Target

28 September 2016   19:00 Diperbarui: 28 September 2016   19:05 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustarasi: www.merdeka.com


Perebutan kursi DKI 1 Pilkada DKI Jakrta 2017 akan menampilkan sebuah pertarungan yang sengit yang pada akhirnya akan meningkatkan suhu politik di Indonesia. Berpangkal pada tingginya angka eletabilitas dan populeritas Ahok sebagai Cagub Petanaha dengan problem double minoritasnya. Hingga isu-isu dan prediksi pengaruh Pilkada DKI Jakarta terhadap Pileg dan Pilpres 2019 nantinya.  Ada tiga pasangan calon yang telah terdaftar di KPUD DKI Jakarta yakni, Ahok-Djarot, Anies-Sandiaga, Agus-Sylviana.  Berikut ini beberapa point penting untuk kita simak bersama:

  • Bukan Kader Partai.  Ahok, Anies, dan Agus ketiganya sebagai Calon Gubernur yang berasal dari non partai atau bukan kader partai secara langsung.  Keenam nama yang tercantum hanya ada dua nama yang jelas-jelas bisa disebut sebagai kader partai yakni: Djarot sebagai kader PDIP, dan Sandiaga sebagai kader partai Gerindra. Hal ini bisa jadi bermakna bahwa Parpol-Parpol yang berhasil meraih kursi DPRD DKI Jakarta tidak punya visi yang jelas bagaimana caranya membangun Jakarta ke depan. Mereka masih mengutamakan ketokohan ketimbang visi dan misi bagi Jakarta sebagai Ibu kota Negara.
  • Pesaing Petahana.  Partai-partai yang mengajukan Paslonnya guna ditandingkan melawan Ahok-Djarot menampilkan figur-figur muda yang relatif kurang berpengalaman untuk menangani Jakarta yang keras dan sarat dengan kepentingan, serta megapolitan yang memiliki permasalahan yang kompleks.  Mereka mencoba berspekulasi melawan popeleritas Ahok karena prestasi kerjanya selama menangani Jakarta pasca ditinggalkan oleh Jokowi yang berhasil memenangkan kursi RI 1. Diluar nalar umum, seharusnya mereka mengajukan lawan-lawan yang sepadan bagi Ahok baik itu dari segi rekam jejak dan pengalaman maupun dalam hal integritas  dan keberanian mendobrak simpul-simpul permasalahan Jakarta. Ada apa? Untuk Pesaing Petanaha, bisa jadi hal ini bermakna bahwa meraka pesimis untuk bisa mengalahkan Ahok.  
  • Modal Bersaing.  Ahok sebagai Cagub Petanaha jelas-jelas memiliki modal untuk bersaing kembali meraih kursi DKI 1.  Elektabiltas tinggi, populeritas, dan prestasi kerja  adalah modal utama bagi Ahok untuk bersaing dengan kedua kandidat lainnya.  Sedangkan bagi Anies Baswedan yang juga populer dikalangan anak muda tinggal membutuhkan penguasaan atas permasalahan-permasalahan Jakarta, dan meyakinkan publik pemilih di Jakarta bahwa ia akan mampu berbuat yang lebih baik lagi ketimbang yang telah diperbuat oleh Ahok-Djarot. Agus Harimurti yang sama sekali tidak punya pengalaman duduk di pemerintahan dan selama ini sama sekali belum pernah terdengar berbicara politik bukan berarti ia akan dengan mudah dikalahkan.  Mesin politik Demokrat, PKB, PPP, dan PAN diperkirakan akan bekerja all outhingga masa pencoblosan terjadi.  Patut untuk dicermati, strategi pemenangan seperti apa yang ada di benak mereka? Menggarap point-point kelemahan lawan untuk menjatuhkan elektabilitas petanaha dan meraih simpati besar bagi kandidat yang mereka usung adalah strategi pemenangan yang sangat rawan dengan penggunaan isu-isu SARA.
  • Target Utama.  Ada prediksi bahwa siapa pun yang akan memenangkan kursi DKI 1 tahun 2017 nanti maka ia punya peluang untuk disandingkan atau ditandingan melawan Jokowi dalam Pilpres 2019 nanti.  Prediksi ini mungkin yang ada dibenak Yusril sehingga ia terlihat berusaha keras agar bisa maju sebagi Cagub DKI.  Benarkah demikian? Belum tentu, dari keenam nama yang tercantum sebagai Cagub/Cawagub rasanya masih jauh bisa diorbitkan menjadi calon RI 1 atau RI 2. Populeritas Ahok atau Anies Baswedan belum cukup untuk bisa mendongkrak peluang mereka untuk mencapai dukungan yang besar untuk maju dalam Pilpres 2019 nanti.  Berikan janji-janji yang baik, bekerja keras dan serius untuk menuntaskan permasalahan Jakarta adalah sikap yang realistis. Fenomena Jokowi sangat langka, dan belum tentu akan terulang lagi bagi siapa pun yang duduk sebagai DKI 1.

Berdasarkan keempat point di atas, kunci kemenangan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 nanti akan tetap berada di tangan PDIP dan Megawati. Bila serius menggerakkan mesin politiknya maka bukan hanya sekedar kemenangan yang akan mereka peroleh.  Citra PDIP sebagai partai yang tangguh dan solid akan diperturuhkan.  Ujung dari pertarungan Pilkada DKI Jakarta 2017 adalah kampanye yang baik bagi citra partai guna menyongsong Pileg 2019.

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun