takdir basah di bulan Mei, tangisan awan lebam menyapaÂ
mendung tebal di langit, suara petir dan guruh bersahutanÂ
hujan lebat menyiram bumi, memercik kaca jendela kusamÂ
engkau menatapnya, begitu mendalam, mata berkaca-kacaÂ
hujan lebat berjatuhan, Â angin bulan Mei bising bertandangÂ
lekat dan dalam tatapanmu pada butir-butir tangisan awanÂ
gemeretak suara hujan seakan-akan menyihirmu, mematungÂ
kau, rindu bumi lepas dari tindas kemarau yang membakarÂ
hujan membuka pintu kenangan yang lama terkunci rapatÂ
percikannya di kaca seakan bercerita kepada kusen jendelaÂ
tentang ketabahan hati laut, tentang sunyimu di dalamnyaÂ