Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Freeport Galau, Mafia Bermain

4 Desember 2015   00:35 Diperbarui: 4 Desember 2015   07:21 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kisah Papa Minta Saham telah terurai panjang lebar.  Tidak terjadi kejutan, semua yang dijelaskan oleh Menteri ESDM Sudirman Said mau pun oleh Presiden Direktur PT. Freeport Indonesia ketika menjadi saksi di dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) hanya bersifat melengkapi apa yang telah beredar di masyarakat.  Substansi masalah ada tidaknya pelenggaran etika yang dilakukan oleh Ketua DPR RI dalam kasus lobi-lobi gelap ini sudah sangat jelas bahwa ada pelanggaran yakni, pertemuan tersebut betul-betul terjadi dalam kapasitas Setya Novanto sebagai Ketua mau pun Anggota DPR RI padahal berbicara soal itu adalah domain eksekutif.

Mengajak ikut serta  pengusaha Riza Chalid di dalam pertemuan tersebut padahal masalah yang disampaikan oleh Maroef adalah masalah yang sensitif, tidak sepatutnya melibatkan pengusaha yang sudah dia ketahui pasti ada kepentingan pribadi di dalam peluang bisnis yang besar ini. Sedangkan di sisi lain Reza Chalid ada masalah dengan Petral. Permintaan saham hanya terdengar di dalam pembicaraan tentang PLTA Urumuka. Sedangkan soal 11% saham untuk Jokowi dan 9% untuk Yusuf Kalla dapat diartikan sebagai pesan dari seseorang yang disampaikan  oleh Riza Chalid kepada Maroef Syamsoeddin.

Memanfaatkan pengalaman dan kemampuan Riza Chalid, Setya Novanto coba unjuk gigi di hadapan Maroef Syamsoeddin dengan mengatakan secara tidak langsung bahwa mereka (Setya Novanto, Riza Chalid, dan Luhut Panjaitan) adalah kekuatan yang dapat mengatur dan mengubah pendirian Presiden Jokowi dalam hal kepastian perpanjangan kontrak sebelum 2019,  hal yang diinginkan  oleh Freeport. Kepastian yang dinginkan Freeport adalah adanya kesepakatan hitam di atas putih dengan pemerintah Indonesia agar Freeport tidak ragu-ragu melakukan investasi besar, agar Freeport punya pijakan pasti bahwa mereka masih akan tetap beroperesi setelah tahun 2021.

Dalam sidang MKD yang menghadirkan saksi Presdir PT. FI Maroef Syamsoeddin banyak mencecar seputar soal rekaman, baik itu bukti alat perekam yang digunakan mau pun meminta penjelasan dari Maroef seputar transkrip pembicaraan. Agak mengherankan, tidak ada yang bertanya tentang bukti lain selain rekaman. Padahal pertemuan itu terjadi di Hotel Ritz Carlton lantai 21, pasti ada terekam CCTV di sana.  Dengan meledaknya kasus ini, tidak tertutup kemungkinan bukti itu sudah hilang atau dihapus. Sekiranya ada, mungkin ada fakta-fakta lain yang sama sekali diluar dugaan, sesuatu yang tidak ada di dalam rekaman suara tersebut.  

 Riza Chalid banyak berperan aktif dalam pembicaraan. Kalau Setya Novanto mengatakan bahwa pertemuan itu demi kepentingan negara dan daerah Papua, kenapa dia membiarkan Reza Chalid berbicara lebih banyak ketimbang dirinya dan Maroef? Tercium gelagatnya Setya Novanto, sepertinya ia tengah merekomendasikan Riza Chalid kepada Maroef agar mempercayakan urusannya kepada Riza Chalid yang memiliki hubungan sangat dekat dengan Luhut Panjaitan, sedangkan Luhut dikatakan sangat dekat dengan Jokowi. Kesalahan lain Setya Novanto sebagai pejabat negara dalam kasus ini adalah  dia mengkondisikan cara-cara ilegal seperti ini. Bukankah itu artinya dia menyalahgunakan jabatannya untuk memperkaya orang lain?  

Menyimak pembicaraan pertemuan tersebut  seperti yang tertuang dalam transkrip yang panjang, rekaman pembicaraan berdurasi satu jam lebih, dapat ditemukan banyak sisi pelanggaran yang telah dilakukan oleh Setya Novanto selaku Ketua DPR RI. Riza Chalid pun harus diperiksa, bahkan Kepolisian Kejaksaan dan KPK pun harus memeriksa pengusaha yang terkenal sebagai The God Father ini. Setya Novanto telah mengajak mafia yang bernama Riza Chalid untuk terlibat di dalam pembahasan perjangan kontrak karya Freeport. Motifnya sangat jelas, mendapatkan keuntungan besar dari situasi sulit yang tengah dihadapi PT. FI!

Freeport galau, Setya Novanto bermain! Riza Chalid terlibat, nama Presiden dan Wakil Presiden dibawa-bawa. Kerap disebut-sebut nama Luhut Panjaitan, apakah namanya juga dicatut atau memang ada peran Luhut dibalik peristiwa pertemuan ini? Rasanya Setya Novanto tidak punya pilihan lain kecuali akan berkata apa adanya, dan dia sudah pasti tak ingin tercebur sendiri ke dalam lumpur! Siapa saja yang berada di belakang Setya Novanto dan Riza Chalid yang bakalan terseret ke dalam lumpur karena kasus perpanjangan kontrak Freeport ini? Waktu akan menjawabnya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun