Sepotong roti di atas meja di pagi hari, menanti tangan gembira yang akan menyentuhnya. Sunyi sendiri hanya bertemankan secangkir kopi.Hingga siang tiada sesiapa pun yang menjamahnya
Sepotong roti di atas meja meratapi dirinya. Hilang kesempatan baginya menjalani kehendak penciptanya dengan hati ikhlas. Tiada sentuhan tangan yang riang menyambutnya. Tiada ia sampai pada tujuan kehadirannya hari ini.
Beranjak siang, semut merah mengerumuninya. “Wahai semut-semut akulah rezekimu, gembirakanlah hatimu,” ujarnya dengan rasa syukur. Semut-semut terus berkumpul dan memenuhi seisi meja. Sedikit demi sedikit roti pun terpotong, dan tersisa separohnya.
“Duhai rotiku dimakan semut,” ujar lelaki itu, sedih dan menahan lapar. Diambilnya potongan roti yang masih tersisa dan diperiksanya. Dilihatnya betapa banyak semut memenuhi setiap pori-porinya. Lalu potongan roti itu dilemparkannya kepada anjingnya yang setia menunggu di depan pintu.
Lalu potongan roti yang tersisa itu berkata kepada anjing: “wahai anjing, biarkanlah aku menjadi rezeki semut-semut itu,”. Jawab si anjing:”Lelaki yang memilikimu memberikanmu kepada diriku,” ujarnya pongah. “Tetapi semut-semut itu telah menyelamatkanku dari kesia-siaan,” jawab si roti.
Anjing itu tak kuasa memakan roti itu karena terlalu banyak semutnya. Lalu anjing pun meninggalkan begitu saja potongan roti itu di halaman rumah. Tiba-tiba datanglah seekor ayam langsung mematuk roti itu. Dalam sekejap roti pun hilang masuk ke dalam temboloknya.
“wahai ayam, diriku dan semut-semut ini semoga keberkahan bagimu,” ujar si roti. Ayam pun terkejut mendengar ucapan roti atas perbuatannya. “Bukankah aku telah melumatmu, kenapa kau mendoakanku?” ujar si ayam, dengan nada heran. “Karena kita, engkau aku dan semut-semut itu segera akan menjadi darah daging bagi lelaki itu,” jawab si roti.
“Berarti engkau membawa sial bagi hidupku,” ujar si ayam, marah campur kecewa. “Oh tidak, karena tiap-tiap yang tercipta itu ada kadar dan ketentuannya. Engkau makanan yang halal, aku dan semut-semut itu telah menjadi bagian yang halal bagimu. Keberadaanku dan semut-semut itu akan membawa manfaat yang baik bagimu,” jawab si roti.
Beberapa hari kemudian ayam itu dipotong oleh pemiliknya. Ketika dimasak terciumlah aroma sedap yang tak biasanya. Berhari-hari bau sedap itu tidak juga menghilang. Lelaki itu merasa heran. Suatu malam ia tertidur pulas, dan bermimpi bahwa penyakit aneh yang telah belasan tahun mengidap di dalam tubuhnya akan segera hilang. Lalu malaikat pun memperdengarkan kepadanya percakapan si roti dengan semut, anjing, dan ayam.
Malaikat memberitahu kepadanya bahwa semut-semut yang ada di dalam roti itu adalah satu-satunya obat yang dapat menyembuhkan penyakitnya. Lelaki itu pun tersadar bahwa ia telah berburuk sangka atas nasibnya dan juga atas lenyapnya rezekinya tempo hari. Sepotong roti yang sengaja tidak dimakannya di pagi hari itu agar tetap bisa punya makanan di siangnya, namun akhirnya ia kecewa karena dimakan ribuan semut. “Allah Maha Mengatur baik dan buruk dalam kehidupan makhluk!” ujar malaikat, kemudian meninggalkan lelaki itu tetap dalam mimpinya.
*****