Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menangkal Strategi Baru ISIS

16 Januari 2016   15:50 Diperbarui: 16 Januari 2016   18:29 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suriah dan Irak sebagai tempat kedudukan markas ISIS saat ini telah menjadi sasaran kekuatan besar dunia dalam perang melawan terorisme. Dalam konteks ini, ISIS menerapkan strategi baru dari kekuatan medan tempur terbuka menjadi kekuatan kecil yang tersebar dan menyusup ke negara-negara asal para simpatisannya.  Perubahan strategi ini guna menciptakan arena perang baru (terorisme) yang lebih luas yakni, menyerang objek atau sasaran-sasaran yang berbau Barat dan kekuatan keamanan yang melindunginya.  

Dalam rangka strategi baru ini ISIS mengembalikan para simpatisannya ke negara asalnya masing-masing.  Pasca serangan teror di Paris, gerakan terorisme yang dilakukan oleh para pengikut ISIS tersebar dan terjadi di seluruh dunia.  Amerika Serikat, Ingris, Yunani, Yaman, dan terakhir baru-baru ini di Jakarta, Kamis (14/1) yang terjadi di Kawasan Thamrin (Sarinah).

Lebih kurang sebulan sebelum kejadian serangan teroris di Jakarta, Kepala BNPT Komisaris Jenderal Saud Usman Nasution mengatakan 169 warga negara Indonesia (WNI), mantan anggota kelompok radikal ISIS telah pulang ke Indonesia. “Mereka tinggal di masyarakat. Tinggal di antara kita. Menyebar di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan,” kata Saud (12.12/2015).

Gerakan kontra terorisme dunia melakukan perang maya (cyber war) secara terbuka terhadap ISIS. Perang Virtual antara pihak yang pro dan kontra terhadap ISIS pun terjadi di dunia maya. ISIS diketahui banyak memanfaatkan media sosial dalam melaksanakan kegiatannya. Mulai  dari merekrut anggota, menyebarkan paham radikalnya kepada masyarakat luas, dan dalam rangka menggalang opini dukungan untuk ISIS.  Hingga dalam rangka menjalin komunikasi antar sesama simpatisan yang tersebar di wilayah yang sangat luas, dengan menggunakan bahasa sandi-sandi.

Melalui teknologi berbasis internet, ISIS mencoba membangun komunikasi yang lebih cair dan lentur. Dalam rangka menarik simpatisan guna menyokong imajinasi tentang suatu komunitas Islam dunia yang diperlakukan secara tidak adil oleh negara-negara Barat dan sekutunya, yang layak diperjuangkan sekalipun dengan cara-cara teror dan melawan hukum. Strategi populer yang digunakan ISIS untuk propaganda lewat media sosial ini  terbukti mampu meningkatkan simpatisan mereka, terutama dari kalangan generasi muda. Dengan cara-cara ini ISIS mempengaruhi pikiran, membangun radikalisme perjuangan yang dibungkus dengan dogma-dogma agama.

Indonesia sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia sudah tentu suatu harapan tersendiri bagi ISIS.  Mimpi membentuk Negara Islam di Indonesia belum usai, dan sejalan dengan mimpi-mimpi Kekhalifahan Daulah Islamiah yang tengah dibangun oleh ISIS. Cita-cita membentuk Khatibah Nusantara oleh para simpatisan ISIS tidak boleh dipandang dengan sebelah mata oleh seluruh rakyat dan juga oleh pemerintah Indonesia.

Aksi terorisme di Indonesia dalam berbagai skala kerusakan sudah sering terjadi.  Sekalipun pemerintah Indonesia telah memberikan pesan politik yang sangat jelas kepada para pelaku terorisme bahwa negara akan menerapkan sanksi yang tegas. Namun tindak terorisme masih terus terjadi, bahkan hukuman penjara pun seakan tidak mampu menghilangkan radikalisme dari dalam pikiran para pelaku yang pernah tertangkap.

Terorisme ISIS telah memasuki fase baru dengan menggunakan media sosial dalam melakukan aktivitasnya.  Indonesia telah terbukti sangat rentan menjadi sasaran penyebaran terorisme fase baru ini. Upaya pencegahan dan mengantisipasi perkembangannya jauh ke depan harus dilakukan.  Meningkatkan kerja sama internasional, memperkuat perundang-undangan terkait pencegahan dan penindakan terorisme dalam rangka mengikuti perkembangan situasi baru, adalah bagian dari langkah-langkah yang harus dilakukan. Meningkatkan peran aktif masyarakat, dan meningkatkan peran para ulama, kiyai atau ustad, serta para pemuka agama dapat meminimalisir kesempatan tindakan teror dan dampaknya.  Negara tidak boleh kalah melawan terorisme!

*****

Sumber Ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun