“Apa syaratnya, Eyang?” tanya Kenthirer Dodol.
“Sepasang tanduk banteng, sepasang kaki sapi, dan sekeranjang bunga matahari,” Eyang Habul menyebutkan syarat-syarat yang dimintanya.
“Waah sulit banget tuh syaratnya, Eyang. Boleh ditawar nggak?” kata Kenthirer Panjul. Eyang Habul menatap wajah ketiganya dengan sorot mata yang tajam.
“Tidak bisa, kalau tidak sanggup ya silakan pulang,” tegas Eyang Habul.
Kenthirer Peang membisikan sesuatu ke telinga Kenthirer Panjul. “ Bagaimana kalau kita buat perjanjian, Eyang. Kalau Eyang berhasil membantu temanku Kenthirer Dodol meraih jabatan menteri ada kado khusus untuk Eyang, menginap tiga hari tiga malam bersama artis papan atas,” kata Kenthirer Panjul, mengikuti saran yang tadi dibisikan Kenthirer Peang.
“Sontoloyo! Jangan main-main sama ya, ini Eyang Habul super sakti! Siapa yang berani menganggap enteng kemampuanku?” ujarnya, sedikit berang karena merasa diremehkan.
“Aha Eyang Habul super cabul, kalau memang sakti coba tebak berapa jumlah menteri yang bakalan direshuffle?” Kenthirer Dodol ikutan memanas-manasi Eyang Habul.
Kakek aneh itu langsung mengambil sikap semedi, mulutnya terlihat komat-komat membacakan mantera. “…pasnabung pasnatak, kepala gundul dijitak-jitak, dedemit tuyul kepala botak…bawalah kabar barang sejenak,” Eyang Habul membacakan manteranya, berulang-ulang.
Bleepp! Tiba-tiba muncul dedemit gundul dari dalam kepulan asap yang entah dari mana datangnya. “Ada lima!” katanya, langsung menjawab.
Ketiga trio kenthir itu saling pandang dan merasa takjub. “Saya kepingin jadi menteri,” kata Kentirer Dodol. “ Bagaimana caranya?” lanjutnya kemudian.
“Ho ho ho ho…wani piro?” jawab dedemit itu.