Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bagaikan Gong Kematian Bagi Masa Depan Novanto

11 Desember 2015   23:51 Diperbarui: 13 Desember 2015   01:28 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan buka suara. Beliau menyatakan bahwa tidak pernah berbicara dengan Setya Novanto dan Riza Chalid terkait perpanjangan kontrak karya PT. Freeport Indonesia. “Saya ingin menggarisbawahi, saya tidak pernah berbicara dengan Setya Novanto apalagi Riza,” kata Luhut di Kantor Kemenko Polhukam, Jumat (11/12).

Dalam konfrensi pers yang cukup panas itu, yang juga dihadiri oleh para anggota Majelis Kehormatan Dewan (MKD) dari Fraksi Golkar, Luhut menyatakan dirinya telah dan akan terus mempertaruhkan dirinya untuk loyal kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Yusuf Kalla.  “Saya hanya loyal kepada Presiden. Kita tunggu MKD mau berbuat apa,” ujar Luhut.  

Pernyataan ini bagaikan gong kematian bagi masa depan Novanto di DPR RI. Menyimak isi trankrip pembicaraan yang menghebohkan itu secara keseluruhan, terlihat bahwa seakan ada suara lembaga yang terlibat yakni: Pemerintah yang diwakili oleh Luhut Panjaitan, dan DPR RI yang diwakili oleh Setya Novanto.  Dengan adanya pernyataan Luhut yang menyangkal keterlibatannya, semakin terang benderang bahwa lobi-lobi gelap tersebut hanyalah akal-akalan Setya Novanto dan Riza Chalid. Dengan adanya klarifikasi ini juga semakin mudah dipahami sikap waspada yang dilakukan oleh Maroef Syamsoeddin sehingga beliau harus merekam pembicaraan itu.

Klarifikasi oleh Luhut Panjaitan tentang keterkaitannya dalam lobi-lobi gelap proses perpanjangan kontrak karya PT. FI setidaknya bisa membuat lega hati berbagai komponen bangsa yang peduli dengan terungkapnya kasus ini. Di satu sisi klarifikasi ini merupakan pukulan telak bagi Setya Novanto dan para pendukungnya, pada sisi lain memperlihatkan betapa lemahnya sistim keamanan Istana Kepresiden RI sehingga rahasia dapurnya dapat diketahui banyak oleh si mafia Riza Chalid.  Harus ditelusuri siapa orang dalam di Staff  Kepresidenan yang ikut bermain dalam lobi-lobi gelap perpanjangan kontrak karya PT. Freeport Indonesia. Tanpa informasi dari dalam dapur Kepresiden rasanya mustahil bagi Novanto dan Riza chalid bisa menemukan celah atau peluang bermain dalam proses negoisasi perpanjangan kontrak Freeport.   

Gong kematian bagi masa depan Setya Novanto di DPR RI telah ditabuh oleh Luhut Panjaitan. Genderang perang telah berbunyi, seruling telah dimainkan, ular-ular kepala dua itu tengah menari meliuk-liuk mengikuti irama. Tinggal melemparkan jaring hukum untuk menangkapnya.  Agar tak lolos lagi, jaringnya harus kuat dan siapkan pawang yang tangguh untuk menundukkan The Gasoline God Father dan The Untouchables Man itu, dan berikut menjaring pula ular-ular lain yang berada di belakangnya.

****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun