Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sampah

30 Oktober 2015   14:20 Diperbarui: 30 Oktober 2015   14:20 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang menyebutnya “Sampah”. Dia seorang terpelajar, meski bukan pejabat penting di Instansi tempatnya bekerja, namun dia tak ubahnya mesin ATM bagi para atasannya.  Di posisinya yang tidak lebih tinggi dari tiang jemuran itu dia dibebani setoran setinggi langit. Akhirnya dia dianggap bersalah dan harus dihukum karena terbukti ada penggelapan pajak, memanipulasi besaran angka sehingga terlapor lebih kecil dari jumlah yang seharusnya disetorkan kepada negara.

Dianggap bersalah karena terbukti melanggar aturan yang ada, dan beberapa kasus lain juga menjeratnya, akhirnya dia harus menjadi warga binaan yang harus dibina mentalnya di Lembaga Pemasyarakatan. Maka dia dibilang “Sampah” karena dirinya kini tak ubahnya sampah, sesuatu yang pernah berguna lalu akhirnya terbuang karena dianggap sudah tak berguna. Sebuah sampah, bisa berguna lagi kalau dia telah menjalani proses daur ulang!

Tempat basah, demikian orang biasa menyebut posisi yang didudukinya. Tempat itu seperti sungai, di sana uang mengalir bagaikan air, dari hulu hingga ke hilir. Tugasnya hanya menjaga dan mengendalikan aliran sungai. Kalau air itu terhambat atau susah mengalir maka dia harus menelusuri letak dan sebab-sebabnya. Kalau air terlalu deras mengalir maka tugasnyalah mengendalikan air itu agar tidak meluap ke mana-mana.

Tempat basah itu terkenal sebagai sungai yang telah lama tercemar. Tempat itu basah karena merupakan sungai di mana uang mengalir. Namun tempat itu juga disebut sebagai tempat sampah, karena tempat itu merupakan sungai yang hilang karena tertimbun oleh ribuan ton sampah, tempat para pengusaha membuang sampah atau kotoran atau limbah perusahaannya. Di mana-mana, tempat basah yang dipadati sampah seperti itu, airnya berwarna hitam dan baunya menyengat.  Tapi anehnya orang tidak bosan-bosan membuang sampah ke sana, tidak coba merawat tempat itu agar selalu bersih dan sehat.

Orang-orang menyebutnya “Sampah”. Dia sampah yang bandel, bagaikan sampah plastik yang tidak bisa hancur sendiri hingga 30 tahun ke depan. Orang-orang mengutuknya karena sampah itu sering terlihat di mana-mana, mungkin dia melayang karena terbawa angin atau mungkin dia sampah yang masih berguna sehingga masih banyak orang yang ingin memanfaatkannya!

Mungkin dia sampah yang salah letak, sengaja diletakan pada tempat yang mudah dijangkau oleh anjing liar, atau mungkin sengaja diletakan di tempat sampah yang tidak tertutup, atau mungkin sengaja diletakan di tempat yang khusus sehingga siapa pun yang tertarik dan ingin memanfaatkannya dipersilakan dengan tangan terbuka. Dia adalah sampah, kategori limbah B3, mungkin karena aturan tentang sampah kategori itu tidak pernah dipatuhi sehingga sampah itu sering terlihat di mana-mana. Di mana letak masalahnya, pada tempat sampahnya kah atau pada aturannya? Bangun dong DPR! Asyiknya bikin ribut melulu!!?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun