Mohon tunggu...
Beni Guntarman
Beni Guntarman Mohon Tunggu... Swasta -

Sekedar belajar membuka mata, hati, dan pikiran tentang apa yang terjadi di sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Uniknya Kompasiana

25 Juli 2015   21:24 Diperbarui: 25 Juli 2015   21:24 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Di awal keikut-sertaan saya di Kompasiana, saya jarang berlama-lama menelusur atau singgah membaca artikel-artikel yang ada.  Soalnya sederhana, lelet dan untuk membuka beranda saja harus tunggu sekian menit dan belum lagi kalau membuka-buka artikel karena judulnya yang terasa menarik, wah jadi hilang kesabaran karena jalurnya padat merayap alias super lemot. Kini keadaannya sudah jauh lebih baik, bisa bersilancar dengan mudah dan bisa bolak-balik membuka beranda melihat-lihat tulisan yang masuk HeadLines atau menelusuri HighLigh, membaca-baca judulnya yang menggoda untuk diketahui isinya.  

 

Disamping karena ketertarikan atas dasar penasaran atau rasa ingin tahu karena godaan “judul” suatu tulisan,  nama-nama tertentu juga menggoda saya untuk membaca tulisannya, apa pun temanya. Tidak seperti di blog-blog yang lain, Kompasiana terasa lebih dinamis dan unik. Ada dua poin menurut hemat saya yang membuat terasa unik: peran admin yang saya yakin mereka juga orang-orang Kompas yang terampil dan jeli dalam memilih dan memilah-milah tulisan berdasarkan isu yang sedang hangat, reputasi penulis yang mereka kenal, dan tentunya bobot tulisan yang disesuaikan dengan misi dan visi Kompasiana.  Peran penting selanjutnnya yang membuat Kompasiana terasa unik adalah antusiasme para Kompasianer menampilkan tulisan-tulisannya yang terbaik dan bermanfaat untuk dibaca orang sebanyak mungkin,  antusiasme melihat tulisannya masuk “HeadLines” atau minimal mendapat label “Highligh”.

 

Berita-berita yang sedang hangat terjadi cukup banyak terlihat tampil dan diulas atau sekedar disoroti sisi-sisi positif dan negatifnya, membuat blog ini dalam benak saya “sebuah koran harian namun tulisannya dikemas dalam gaya feature, bak sebuah majalah namun topik hangatnya selalu berkambang setiap hari”.  Belum lagi kalau menyimak gaya masing-masing penulis, ada yang kocak tapi bernas, ada yang serius dan super serius, ada juga gaya-gaya tulisan yang “provokatif” mungkin maksudnya memancing adanya suatu diskusi yang hangat,  dan sejauh ini saya nilai tulisan-tulisan yang ditampilkan dalam label “HighLigh dan HeadLine”  apa pun gaya tulisannya, adalah artikel-artikel yang memang bagus dan berbobot.

 

Secara pribadi saya mengapresiasi kerja Admin Kompasiana yang membuat blog ini terasa dinamis dan unik,  membuat para Kompasianer merasa tertantang untuk bisa tampil sebaik mungkin dengan gayanya masing-masing, dengan kejelian, pengalaman dan keterampilannya dalam menuangkan sesuatu yang ada di benaknya ke dalam bentuk suatu tulisan. Di Kompasiana ini saya menemukan banyak penulis hebat dan profesional,  dan saya menilainya demikian berdasarkan data statistik masing-masing penulis itu dengan cara mencari angkasa prosentase perbandingan antara jumlah tulisannya dengan angka HighLigh atau Headlines dan membandingkan pula jumlah tulisannya dengan item-item stasistik lainnya. Banyak saya temukan penulis yang memiliki angka rasio di atas 0,75 untuk perbandingan jumlah tulisannya dangan angka tulisannya yang di HighLigh. Sebagai pembandiugnya, akun atas nama “Kompasiana” rasionya 0,9 lebih.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun