Musik adalah bahasa jiwa yang melampaui batas-batas kata, mengalun dalam harmoni yang menyentuh setiap lapisan hati. Setiap nadanya melukiskan keindahan yang tak kasat mata, menghadirkan kedamaian yang tidak memerlukan penjelasan. Dalam setiap irama, musik menjadi jembatan yang menghubungkan perasaan manusia, menawarkan warna-warni yang tak terucapkan dan membangkitkan kenangan, mimpi, serta harapan. Tanpa kita sadari, musik menghidupkan keajaiban yang terus-menerus menjalin ikatan di antara kita, memberikan sentuhan magis pada setiap momen kehidupan.
Perjalanan musikku dimulai ketika aku masih duduk di bangku kelas 10. Pada saat itu, saxophone menjadi sahabat setiaku yang setia dalam mengeksplorasi dunia musik. Aku masih ingat hari pertamaku mendaftarkan diri ke dalam Canisius Wind Ensemble (CWE), dengan harapan besar akan hari-hari indah yang akan datang dalam dunia bermusik. Konon katanya, langkah pertama menjadi langkah yang paling sulit sepanjang proses yang dilewati. Tak jarang, pertanyaan muncul di benak yang mempertanyakan kesanggupanku dalam bermusik. Akan tetapi, setiap langkah terasa lebih ringan dan mudah. Penampilan demi penampilan yang kami lakukan bersama CWE mengisi memoriku dengan momen-momen berharga. Di sinilah aku tumbuh bukan hanya sebagai seorang musisi, tetapi juga sebagai bagian dari komunitas yang penuh semangat, membangun jalinan persahabatan dengan sesama pecinta musik.
Setiap tiupan saxophone bukan sekadar bunyi, melainkan sebuah simfoni yang menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut nadi dan nafasku. Melalui setiap alunan nada, aku merasakan bagaimana musik tidak hanya membentuk suara, tetapi juga menciptakan harmoni yang mendalam. Jazz, dengan kebebasan ekspresi dan emosinya yang mendalam, menjadi genre yang sangat aku cintai. Dalam setiap nada jazz, aku merasakan sebuah percakapan antara jiwa dan dunia, sebuah kebebasan yang membebaskan pikiran dan membiarkan hati melayang dalam ritme yang mengalir dengan bebas. Namun, di balik keindahan suara yang terlahir, terdapat perjuangan yang sering kali tidak tampak.
Tantangan terbesar yang kuhadapi adalah waktu. Seakan-akan waktu berlomba melawan keinginanku untuk terus berlatih dan menyempurnakan permainan. Aktivitas lain sering kali menyita perhatian, menjadikan latihan seolah-olah sebuah kemewahan yang sulit dicapai. Ada saat-saat ketika frustrasi menyelimuti, terutama ketika teknik tertentu terasa sulit dikuasai meskipun usaha yang telah kucurahkan begitu besar. Rasa kesal karena tidak dapat memainkan melodi dengan sempurna kadang membuat semangatku goyah.
Akan tetapi, di balik setiap tantangan, terdapat pelajaran berharga yang aku temukan. Musik bukan hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga tentang ketekunan dan kesabaran. Setiap nada yang keluar dari saxophone menjadi pengingat bahwa kemajuan datang perlahan, tetapi pasti. Frustrasi yang kerap muncul hanyalah bagian dari perjalanan panjang menuju keindahan yang jauh lebih besar. Jazz mengajarkanku bahwa kebebasan ekspresi tidak selalu identik dengan kesempurnaan, melainkan dengan perjalanan menemukan diri dalam setiap nada yang dimainkan.
Canisius Wind Ensemble bukan sekadar bagian dari kisah hidupku di SMA, tetapi merupakan sepotong dari hidupku yang tak terlupakan. CWE menjadi sebuah titik tolak yang mendorongku untuk terus berkarya lebih jauh dalam bidang musik. Tantangan dan rintangan yang kuhadapi dalam perjalanan ini tidak pernah menjadi penghalang, melainkan sebagai pengingat bahwa hidup adalah perjuangan dan perjalanan yang harus dilalui bersama teman, kerabat, dan keluarga. Setiap langkah kecil dalam perjalanan musikku bukan hanya tentang mencapai kesempurnaan, tetapi tentang merayakan setiap momen yang penuh makna dalam harmoni kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H