Dalam rangka memperluas pengaruhnya, China membentuk sebuah program yang bernama Belt and Road Initiative. Belt and Road Initiative (BRI) merupakan sebuah program yang dibentuk oleh China untuk menghidupkan kembali kejayaan jalur sutra. Fokus dari program ini tidak hanya pada penanaman investasi tetapi juga pembangunan infrastruktur berskala besar pada 152 negara yang tersebar mulai dari Eropa, Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika. BRI terdiri dari 2 komponen utama, yang pertama the Silk Road Economic Belt yaitu pembangunan jalur darat yang bertujuan untuk menghubungkan provinsi tertinggal bagian barat Tiongkok dengan Eropa melalui Asia Tengah. Kedua, the 21st Century Maritime Silk Road merupakan sebuah rute laut yang bertujuan untuk menghubungkan provinsi pesisir Tiongkok yang kaya dengan kawasan Asia Tenggara hingga Afrika melalui pembangunan pelabuhan dan jalur kereta api.
Salah satu negara di Asia Tenggara yang menjadi tujuan dari program Belt and Road Initiative adalah Thailand. Dimana Thailand menyetujui terjalinnya kerjasama dengan China melalui program BRI untuk membangun kereta cepat dengan rute dari Bangkok hingga pada wilayah Nongkhai yang berbatasan dengan Laos. Proyek ini dibangun dengan rute sepanjang 867 km, dengan 2 fase pembangunan dimana fase pertama dibangun rute dari Bangkok hingga Nakhon Ratchasima, dan fase kedua dibangun dari Nakhon Ratchasima hingga Nongkhai.
Pada tahun 2016, Pemerintah dari Thailand mulai melakukan tindakan lebih lanjut mengenai proyek pembangunan kereta cepat dengan pemerintah Tiongkok. Hal ini dapat dilihat dari hasil penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) secara resmi antara kedua belah pihak. Terdapat 3 aktor utama yang mengambil bagian dari proyek kereta cepat ini yaitu, State Railway of Thailand (SRT) yang menjadi perwakilan dari Thailand, China Railway International Co, LTD. dan China Railway Design Cooperation yang menjadi perwakilan dari China. 3 aktor utama ini mengambil banyak peran mulai dari pembangunan sistem perkeretaapian, kelistrikan, pembelian rangkaian kereta api cepat, persinyalan dan komunikasi, pelatihan personel, pengoperasian, pemeliharaan dan transfer teknologi. Ketiga aktor ini juga memiliki tugas utama yaitu membangun jaringan kereta api cepat di jalur utama wilayah timur laut Thailand yang akan menghubungkan antara Bangkok dengan Nakhon Ratchasima sepanjang 253 kilometer.
Proyek kereta cepat yang dijalankan oleh pemerintah Thailand dan China diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar 5,6 miliar USD, dimana seluruh dana yang dibutuhkan tersebut berasal dari pemerintah Thailand, dan kemudian akan menjadi proyek lanjutan dari kereta cepat di Laos. Proyek yang akan dijalankan oleh Pemerintah Thailand memiliki rute yang berawal dari Bangkok hingga Nakhon Ratchasima dengan jarak sejauh 253 km. Rute kereta cepat ini akan melewati 6 stasiun yaitu, Stasiun Bangsue, Stasiun Donmueng, Stasiun Ayutthaya, Stasiun Saraburi, Â Stasiun Pakchong dan Stasiun Nakhon Ratchasima, dengan durasi perjalanan 1 jam 30 menit. Jenis kereta yang akan digunakan untuk menghubungkan 2 daerah ini adalah Electric Multiple Unit (EMU) dengan kecepatan 250 km/jam.
Proyek kereta cepat yang digarap oleh Pemerintah Thailand dan China memberikan dampak yang terbilang besar bagi Thailand itu sendiri. Jika dilihat dari potensi demografi yang dimiliki oleh Thailand, Thailand memiliki 4 wilayah besar yaitu Selatan, Utara, Tengah dan Timur. Setiap wilayah Thailand memiliki jumlah populasi yang berbeda-beda. Proyek kereta cepat dengan rute Bangkok-Nakhon Ratchasima akan meningkatkan konektivitas pada wilayah Thailand Timur dan Thailand Tengah. Dengan terhubungnya kedua wilayah Thailand ini, akan memudahkan mobilitas masyarakat di kedua wilayah yang memiliki jumlah populasi terbanyak di dunia. Selain meningkatkan konektivitas dan mobilitas masyarakat di kedua wilayah, kehadiran kereta cepat ini juga dapat mengurangi beban jalan raya akibat tingginya populasi penduduk.
Selain itu, dengan adanya akses kereta cepat hingga ke China ini tentunya saja berpengaruh terhadap pariwisata yang ada di Thailand. Kehadiran kereta cepat ini akan menguntungkan bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke Thailand, terkhususnya wisatawan yang berasal dari China. Dengan adanya akses kereta cepat yang menghubungkan China dan Thailand, akan menyebabkan adanya perubahan pada alat transportasi yang dulunya hanya dapat diakses melalui jalur udara kini dapat diakses melalui jalur darat. Kemudahan dari transportasi yang akan digunakan oleh para wisatawan  akan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Thailand, sehingga dengan adanya hal ini dapat meningkatkan sektor pariwisata yang ada di Thailand.
Kerjasama yang dijalin oleh Thailand dan China dalam proyek membangun jalur kereta cepat merupakan kerjasama yang diinisiasikan melalui Belt and Road Initiative (BRI). Dengan melalui kerjasama ini, tentunya akan membuat hubungan kedua negara menjadi semakin baik dan juga akan memudahkan mobilitas antara China dan Thailand. Kemudahan dari mobilitas ini akan berdampak pada peningkatan perekonomian Thailand karena penyaluran sumber daya dan barang-barang impor yang ingin dikirim ke China menjadi lebih mudah. Peningkatan ekonomi Thailand juga mengalami kenaikan pada sektor pariwisata.
Kerjasama dalam proyek kereta cepat antara Thailand dan China tentu saja tidak terlepas dari tujuan China untuk memperluas pengaruhnya terutama di wilayah Asia Tenggara. Selain mendatangkan keuntungan bagi Thailand, proyek kereta cepat juga mendatangkan keuntungan bagi China. Dengan adanya kereta cepat di Thailand, ini akan menjadi jembatan kepentingan ekonomi bagi China di wilayah Asia Tenggara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H