Rakyat Indonesia disuguhi pertunjukan yang menarik dan juga memuakkan dalam beberapa pekan terakhir ini sehubungan dengan kisruh Gubernur DKI-DPRD DKI. Puncaknya adalah mediasi oleh kemendagri untuk mempertemukan kedua belah pihak yang tentunya untuk mencapai “titik temu”.
Gubernur DKI, Ahok, secara tegas mengungkapkan stand-point nya sebelum mediasi itu bahwa beliau tidak akan kompromi satu sen pun terhadap dana siluman sebesar Rp.12T itu. Siluman, bukan ... ini bukan nama orang yang bernama Luman alias Si Luman. Siluman artinya bukan manusia, tapi hantu atau paling tidak setengah hantu setengah manusia.
Publik di kagetkan dengan incident perkataan atau tepatnya umpatan “anjing” buat sang Gubernur oleh anggota DPRD yang (seharusnya) terhormat di akhir dari forum mediasi tersebut. Rakyat yang bukan tidak jelas, sangat gelisah dengan umpatan ini.
Sebagai orang yang selalu berpengharapan, saya mau “mendudukkan” anggota DPRD ini pada posisi yang positive, artinya saya mau berpikira positive, artinya saya berusaha dengan keras untuk memahami apa makna kata (bukan umpatan) ‘anjing” yang di teriakkan oleh anggota DPRD tersebut.
Berhubungan dengan siluman tentu bukan merupakan hal yang mengenakkan, karena namanya juga siluman, makhluk jadi-jadian. Manusia “biasa” sulit melihat siluman, hanya konon kabarnya, anjing yang dapat melihat hantu alias siluman. Makanya siluman akan marah pada anjing karena gara-gara si anjinglah maka siluman bisa terasa kehadirannya oleh manusia lain. Ini adalah cara pertama bagaimana kita memaknai ungkapan anjing dari anggota DPRD secara positive.
Cara pandang kedua adalah, dimengerti bahwa anjing adalah sosok yang sangat setia pada tuannya. Sangat beda jauh misalnya dengan tikus apalagi buaya. Anjing tahu betul siapa tuannya dan akan menjaga tuannya sampai tetes darah penghabisan. Anjing juga setia menunggui tuannya. Makanya kita mengenal Hatchiko, anjing orang Jepang yang fenomenal itu.
Umpatan anjing di longlongkan dengan suara nyaring, berarti ada rasa kekesalan atau kemarahan yang luar biasa. Sangat jelas sekali, orang yang paling jengkel atau akan marah terhadap anjing adalah para pencuri atau orang yang bermaksud merampok. Sebelum mereka menjalankan aksinya, si anjing akan melonglong dengan suara nyaring, kalo perlu menggigit si pencuri dan si perampok.
Siapakah tuan-nya Ahok? Sangat jelas sekali, saya adalah tuannya Ahok, karena saya adalah rakyat yang membayar pajak. Ya... anda-anda semua, rakyat yang bukan tidak jelas, adalah tuan Ahok.Si “anjing” Ahok ini sekarang lagi melonglong panjang, karena dia mencintai anda dan saya, tuannya. Dia harus melonglong kalau perlu “merongrong” para pencuri dan perampok. Si “anjing” Ahok ini yang dapat melihat siluman, termasuk dana yang akan ditilepnya.
Oh Tuhan... terima kasih buat ciptaanMu...sekor anjing karena anjing lebih baik dari manusia yang merampok dan mencuri dan yang pasti anjing lebih baik dari hantu siluman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H