Mohon tunggu...
Wahyu Hidayat
Wahyu Hidayat Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Beropini & menikmati penjelajahan di dunia maya. Mari beropini!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Selfie Di-haram-kan

26 Januari 2015   18:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:20 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Januari tinggal menghitung hari, menyambut bulan Februari yang oleh sebagian masyarakat identik dengan suasana cinta dan warna merah muda. Pekan ini pula perhatian saya tertuju pada beberapa berita, dimulai dari tragedi kecelakaan pesawat Air Asia, kisruh pemilihan calon Kapolri hingga gong-nya berita penangkapan wakil pimpinan KPK pada hari Jumat kemarin. Karena sedikit tertinggal update berita, maka saya coba menyaksikan rangkuman berita lewat TV pada hari Minggu kemarin. Ketika mengganti channel TV, perhatian saya tertuju pada tayangan infotainment yang sedang membahas tentang opini seorang Ustadz yang melontarkan pendapat soal selfie itu haram.

Tunggu, beneran nih selfie haram? Apa argumentasinya? Kok gampang banget jaman sekarang seorang Ustadz mengklaim ini itu sebagai hal yang haram. Kurang lebih itulah beberapa pertanyaan yang terlintas di benak saya.

Tayangan sekitar 5 menit yang menyoroti pendapat Ustadz Felix Siauw dengan dibumbui oleh pernyataan dari beberapa selebriti serta sanggahan dari Ustadz lain yang berbeda pendapat itu seolah jadi tayangan dramatis sekaligus dangkal. Tanpa bermaksud merendahkan pihak media, namun sebagai masyrakat rasanya kita perlu tahu duduk masalah, mencari tahu berbagai sudut pandang lain agar lebih berimbang serta tidak gampang tersulut emosi dan meluapkannya di media sosial.

Gak susah untuk mencari tahu sebenarnya apa inti masalahnya, saya yakin kita semua hampir punya yang namanya smartphone dan meng-install aplikasi twitter. Berhubung tayangan infotainment ini dalam narasinya mengatakan bahwa kontroversi selfie bermula dari kicauan Ustadz Felix lewat akun twitternya @felixsiauw maka langsung saya coba mencari kultwit beliau soal selfie. Dalam beberapa seri kultwit-nya, Ustadz Felix memiliki dua pandangan mengapa tindakan selfie itu mengkhawatirkan. Dua pendapat tersebut antara lain:


  • Selfie dikhawatirkan menjurus pada sifat TAKABBUR, RIYA & UJUB

Melakukan selfie memang akhir-akhir ini cukup fun buat saya pribadi, tapi menurut Ustadz Felix kebiasaan selfie yang pada akhirnya memicu rasa kagum-takjub-bangga terhadap kelebihan diri setidaknya menjurus pada perilaku UJUB (mengagumi diri sendiri, merasa bahwa kita memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain). Tak hanya itu, kebiasaan berfoto selfie dengan mengharapkan foto yang diunggah di media sosial mendapatkan likes maupun komen maka menurut Ustadz Felix kita sudah masuk dalam perangkap RIYA (melakukan sebuah kebaikan/tindakan dengan niat ingin dipuji). Dan yang paling berbahaya adalah jiwa narsis yang dimunculkan oleh kebiasaan selfie memicu sifat TAKABBUR ketika kita merasa lebih keren, lebih oke, lebih eksis dibanding orang lain.


  • Selfie mengikis rasa malu

Fondasi akhlak yang terpuji adalah rasa malu. Seperti contoh rasa malu untuk mencuri membuat kita tidak jadi atau bahkan tidak pernah melakukan tindakan pencurian, rasa malu berbohong membuat kita jadi pribadi yang jujur. Rasa malu mendorong kita untuk berperilaku baik. Selfie yang kelihatannya asik banget sebenarnya memacu diri untuk “berani tampil”. Pada akhirnya kita tidak malu untuk mengumbar hal-hal yang sebetulnya tidak layak atau gak penting-penting banget dikonsumsi oleh khalayak ramai. Selfie ketika bangun tidur, selfie sambil ciuman sama pacar atau selfie lainnya.

Menariknya dari dua pendapat tersebut, seorang selebriti ketika dikonfrontasi mengungkapkan bahwa “bukannya segala sesuatu itu tergantung niat?”

Pendapat tersebut seolah diperkuat dengan dihadirkannya pernyataan “ustadz tandingan” yang tidak setuju atas diharamkannya selfie dengan pendapat “ketika berbicara isi hati, niat maka siapa yang bisa mengetahuinya?”

Saya coba berpikiran jernih, mencerna semua informasi yang saya dapatkan. Dan titik terang itu ada pada salah satu tweet Ustadz Felix yang mengatakan bahwa entah mengapa pendapat beliau soa selfie menjadi heboh di dunia maya. Beliau sendiri menggarisbawahi secara tegas bahwa


“Bukannya mengatakan bahwa foto atau #Selfie adalah haram dan dosa | yang saya garisbawahi adalah niat, dan amalan hati, agar berhati-hati

14222474541256624032
14222474541256624032

Jadi sudah clear dong bahwa Ustadz Felix sendiri dalam hal ini hanya menyampaikan pendapatnya mengenai kegusaran hati serta pikiran beliau akan bahaya selfie yang bisa mengarah kepada sifat takabbur, riya, ujub dan mengikis rasa malu, bukan mengharamkan!

Secara pribadi, jujur saya pun akhirnya tersadarkan bahwa niatan ingin dipuji, ingin terlihat lebih menarik, menjadi "center of attention" itu ada ketika melakukan selfie kemudian menggunggahnya di media sosial. Terima kasih Ustadz sudah mengingatkan bahwa hal tersebut sangat dekat dengan sifat yang dilarang oleh agama Islam yang saya anut.

Tulisan ini bukan disponsori oleh Ustadz Felix, hanya rasanya ada kewajiban bagi saya yang bekerja di bidang komunikasi & media untuk sedikit menyarankan agar teman-teman tidak gampang terprovokasi oleh tayangan media massa, lebih bijak mencari akar permasalahannya bukan justru koar-koar di media sosial dengan tempramental.

Mengutip salah satu tweet Ustadz Felix yang saya lihat pagi ini:


“bicara sebelum tuntas mendengar, menulis sebelum rampung membaca – semuanya adalah kesalahan klasik”.

Semoga kita lebih bijak dalam mengonsumsi tayangan di media massa agar tidak menjadi pribadi yang asal bunyi & asal tahu, mohon koreksi jika tulisan serta pemahaman saya kurang tepat.

Selamat beraktivitas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun