Penting untuk diingat bahwa gangguan mental tidak hanya dapat terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada remaja, yang mungkin belum sepenuhnya memahami atau mengenali gejala-gejala yang mereka alami. Oleh karena itu, sebagai masyarakat, kita perlu lebih terbuka dan peka terhadap tanda-tanda gangguan mental pada remaja, seperti perubahan perilaku, kecemasan yang berlebihan, atau bahkan keluhan tentang suara-suara aneh yang mereka dengar. Jika tanda-tanda ini diabaikan, akibatnya bisa sangat merugikan.
Selain itu, pendampingan yang melibatkan keluarga, sekolah, dan tenaga medis sangat penting. Keluarga harus mampu menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana anak-anak merasa aman dan bisa berbicara tentang masalah yang mereka hadapi tanpa rasa takut dihukum atau disalahkan. Sekolah juga memegang peran penting dalam mendeteksi gejala-gejala gangguan mental pada siswa. Guru dan konselor sekolah atau guru bimbingan konseling harus diberikan pelatihan untuk mengenali tanda-tanda gangguan psikologis dan tahu langkah apa yang harus diambil untuk merujuk anak-anak yang membutuhkan bantuan.
Â
Kesimpulan
Tragedi yang terjadi di Lebak Bulus, Jaksel adalah contoh mengerikan dari bagaimana gangguan kesehatan mental pada remaja bisa berkembang menjadi perbuatan yang sangat berbahaya. Halusinasi auditori, meskipun bukan satu-satunya penyebab, memberikan gambaran tentang betapa seriusnya masalah kesehatan mental yang sering kali tidak tampak oleh orang lain. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih memperhatikan kesejahteraan psikologis anak-anak dan remaja, serta memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan yang mereka butuh kan sejak dini. Mencegah gangguan mental menjadi masalah yang lebih besar adalah tanggung jawab bersama, yang dimulai dari kesadaran dan kepedulian kita terhadap kesehatan mental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H