Saya memulai refleksi ini dengan sebuah pertanyaan. Apa itu keluarga? Apa sumbangan keluarga bagi Gereja? Dalam pengalaman saya keluarga merupakan awal pertumbuhan sebuah Gereja. Keluarga sering disebut bagian dari perkembangan Gereja. Hal ini saya kata berangkat dari pemahaman saya tentang Keluarga yang merupakan sebuah perkumpulan. Perkumpulan yang terdiri dari Ayah, Ibu dan anak-anak.Â
Keluarga sebagai gereja kecil atau seperti yang dikatakan oleh St. Yohanes Christotomus sebagai Gereja rumah tangga adalah tempat Yesus Kristus hidup dan berkarya untuk keselamatan manusia dan berkembangnya Kerajaan Allah. Anggota-anggota Keluarga yang terpanggil untuk iman dan hidup kekal adalah "peserta-peserta dalam lingkup kodrat Ilahi" (2 Pet 1,4). Artinya setiap anggota mengambil bagian dalam kodrat Ilahi.Â
Paus Paulus VI mempertajam pengertian Keluarga sebagai gereja Kecil dalam ensikliknya Evangeli Nuntiandi, menuliskan "keluarga patut diberi nama yang indah yaitu sebagai Gereja rumah tangga (domestik). Hal ini berarti bahwa di dalam setiap keluarga Kristiani hendaknya terdapat macam-macam segi dari seluruh Gereja."Â
Sebagai Gereja keluarga merupakan tanda hadirnya Tubuh Yesus Kristus. Sebagai gereja Juga, setiap Anggota Keluarga terpanggil untuk menyatakan kasih Allah yang begitu luar biasa baik di dalam maupun di luar keluarga. Oleh karena itu setiap anggota Keluarga diberi makan oleh sabda Allah dan sakramen-sakramen. Mereka pun seharusnya bisa mengungkapkan diri dalam cara pikir dan memiliki tingkah laku yang sesuai dengan semangat Injil.
Ini adalah makna sebuah keluarga. Secara nyata keluarga adalah  hal yang tidak dipisahkan dari hidup manusia. Saya bersyukur karena dilahirkan dari keluarga Katolik. Pesona keluarga Katolik yang saya bagikan dalam refleksi ini adalah pengalaman hidup saya. Pada saat saya masih anak-anak Orang tua saya sering memaksa kami untuk berdoa dan pergi ke gereja. Hal ini saya alami selama masih berada di Sekolah Dasar (SD). Waktu itu saya belum cukup umur untuk mengerti maksud dari hal itu.Â
Pada jaman dulu saya paling anti yang namanya hari minggu. Â Karena menderita bagi saya untuk diam di dalam Gereja. Pemahaman seperti saya sadari ketika sudah dewasa. Bahwa pada fase seperti itu dunia anak-anak fokus pada permainan. Sekarang saya sadar, bahwa melalui pengalaman yang seperti itu pada akhirnya secara alamiah saya rajin ke Gereja. Â Lalu berdoa bersama dalam keluarga. Hal ini sering saya alami dalam keluarga saya.Â
Untuk keluarga kami Doa adalah cara yang terbaik untuk mendekatkan diri dengan Allah. Ketika saya masih kanak-kanak pada saat doa bersama kami wajib mendoakan doa bapa kami dan doa salam maria. Hal ini melatih mental kami untuk mencintai doa. Doa bersama dilakukan pada malam hari setelah makan malam bersama. Yang menjadi pemimpinya adalah Ayah saya.Â
Dia dengan tekun mengajak anak-anaknya berdoa bersama. Dalam keadaan apa pun keluarga tetap berdoa bersama pada malam hari. Kenangan seperti ini terekam dalam alam bawah sadar. Dengan kebiasaan ini saya bisa rajin berdoa. Berdoa bukan karena membutuhkan sesuatu dari Tuhan tetapi berdoa karena mensyukuri berkat dari Tuhan. Itulah pesona keluarga Katolik yang saya alami yaitu makna doa bersama dalam Keluarga.
Lalu apa sumbangan Keluarga bagi Gereja? Sumbangan keluarga bagi Gereja adalah Keluarga menjadi fundasi utama perkembangan Gereja Universal. Keluarga sebagai wadah berkembangnya iman Katolik. Karena dalam keluarga anak mengenal iman. Hal ini telah saya alami dalam keluarga saya. Berkembangnya iman Katolik berawal dari keluarga itu sendiri.Â
Dulu saya diajarkan oleh kakak saya mengenai doa-doa dan tata cara dalam peribadatan. Untuk saya ini sangat penting. Hal inilah yang mengakibatkan iman Katolik dapat diwariskan karena hal iman itu diajarkan kepada anak sejak usia dini. Â Saya merefleksikan pesona Keluarga Katolik terlihat dalam cara hidup keluarga tersebut.Â
Dalam keluarga yang menjadi pesona untuk saya adalah kegiatan doa bersama. Kegiatan ini menjadi kekuatan keluarga kami  dalam menghadapi segala tantangan yang kami alami. Karena doa dari keluarga saya juga merasa dikuatkan dalam jalan panggilan ini. Apa pun yang saya selama ini saya kembalikan ke keluarga saya, dan dari keluarga saya mendapat kekuatan untuk setia dengan pilihan hidup saya saat ini. Terima kasih untuk Keluargaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H